Terapi Air Dingin: Menggigil Demi Pulih

Terapi Air Dingin: Menggigil Demi Pulih

MAKLUMAT – Mungkin ada yang ingat seorang atlet berendam di dalam bak besar berisi es. Di detik-detik awal, biasanya ia menarik napas panjang-panjang, lalu perlahan menutup mata. Kita mungkin bertanya-tanya, Apa manfaatnya? Aman nggak buat jantung?

Itulah terapi air dingin — atau cold plunging — yang kerap jadi ritual sebagian anak muda urban. Tidak sekadar atlet, dan kini mudah menemuinya di media sosial, dengan tagar #coldplunging, yang menjalar ke sejumlah selebritas Hollywood. Mereka menyambutnya dengan satu hal: menggigil bisa bikin lebih sehat.

Terapi air dingin bukanlah penemuan baru. Sejak Yunani Kuno, Hippokrates telah merekomendasikan rendaman air dingin untuk mengurangi nyeri. Di Jepang, ritual Misogi menggabungkan penyucian spiritual dengan paparan air dingin. Nah di era media sosial, praktik lama ini menemukan wajah baru — lebih instan, lebih viral, lebih estetis.

Menurut Dr. Aaron Feingold, Kepala Kardiologi di Hackensack Meridian JFK University Medical Center, tren ini tumbuh pesat karena dukungan dari tokoh publik dan keinginan masyarakat modern untuk “meningkatkan performa hidup” secara alami.

“Terapi air dingin menarik bagi mereka yang mencari pelepas stres, meningkatkan ketahanan mental, dan mempercepat pemulihan fisik,” ujarnya, mengutip Yahoo Health.

Dampak Berendam Air Dingin

Beberapa studi memang menunjukkan manfaat terapi air dingin. Atlet yang merendam tubuhnya setelah latihan berat mengaku merasa lebih segar dan tidak terlalu pegal. Ini bukan sekadar sugesti.

Baca Juga  Jadwal Salat Jatim, Rabu 1 Januari

Menurut Dr. Deepak Talreja dari Sentara Health, efek itu terjadi karena pembuluh darah menyempit di bawah suhu rendah, mengurangi pembengkakan dan peradangan. Ketika keluar dari air, aliran darah kembali deras — membawa oksigen dan mempercepat pemulihan.

Riset tahun 2022 menemukan kadar kreatin kinase – penanda kerusakan otot – lebih rendah 24 jam setelah cold plunge. Artinya, tubuh lebih cepat pulih dari stres fisik.

Namun sebagian ilmuwan tetap skeptis. Mayoritas penelitian soal terapi air dingin dilakukan dengan sampel kecil dan durasi pendek. Hasilnya belum konsisten, belum bisa menjadi protokol medis.

“Kalau merasa nyaman dan aman, monggo saja,” kata Feingold. “Tapi jangan menganggapnya obat mujarab,” imbuhnya.

Hitam-Putih Penelitian dan Rujukan

Salah satu janji terapi air dingin yang paling sering digaungkan adalah efeknya terhadap metabolisme dan pembakaran lemak. Secara biologis, tubuh manusia memiliki dua jenis lemak: putih (penyimpan energi) dan coklat (pembakar energi). Saat tubuh kedinginan, lemak coklat bekerja seperti tungku, menghasilkan panas. Ini membuat tubuh membakar kalori tanpa disadari.

Beberapa penelitian bahkan menyebut paparan dingin dapat mengubah lemak putih menjadi coklat – sebuah browning, atau proses yang memberi kontribusi terhadap metabolisme.

Ada juga temuan tentang peningkatan hormon adiponektin yang membantu mencegah resistensi insulin. Namun sekali lagi, riset-riset ini bersifat awal, kecil skalanya, dan perlu penelitian lebih jauh.

Baca Juga  Ustaz Bardan Sahidi: Menjadikan Muharam sebagai Momentum untuk Berubah Lebih Baik

Talreja mengingatkan bahwa manfaat ini bersifat akumulatif, bukan efek sekali celup. Dan tak bisa menggantikan pola makan sehat atau olahraga teratur.

Di balik sensasi fisik, terapi air dingin juga berkaitan dengan peningkatan suasana hati dan kualitas tidur. Sebuah laporan dalam jurnal Biology tahun 2023 menyebut bahwa sekali berendam air dingin membuat orang merasa lebih waspada, lebih optimis, dan lebih rileks.

Waspada Penyakit Degeneratif

Dari sisi neurologi, air dingin memicu pelepasan dopamin dan serotonin — dua neurotransmiter yang berperan penting dalam kestabilan emosi. Ini pula yang mungkin menjelaskan mengapa banyak orang merasa lebih ‘lega’ setelah menjalani cold plunge.

Bagi sebagian orang, itu adalah bentuk meditatif ekstrem: tubuh dipaksa diam dalam kondisi tidak nyaman, dan di situlah lahir ketenangan.

Namun, tidak semua orang boleh mengikuti tren ini. Feingold menyebut cold plunge bisa sangat berisiko bagi orang dengan kondisi jantung tertentu, hipertensi, penyakit paru-paru kronis, atau gangguan neurologis.

“Rendaman air dingin bisa memicu lonjakan denyut jantung dan tekanan darah,” katanya. “Jika tubuh tak siap, itu bisa berbahaya,” ia menambahkan.

Orang dengan sirkulasi darah buruk, neuropati perifer, luka terbuka, atau yang sedang hamil berisiko tinggi. Usia lanjut juga menjadi faktor risiko. Terapi air dingin, meski terdengar sederhana, adalah stres fisiologis — dan stres tidak cocok untuk semua tubuh.

Baca Juga  Seperempat Abad Sekolah Alam Insan Mulia: Selebrasi, Inovasi, dan Harapan Baru

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *