Thesa Ghozali, Dosen Farmasi UMY yang Masuk Jajaran Top 2% Ilmuwan Dunia

Thesa Ghozali, Dosen Farmasi UMY yang Masuk Jajaran Top 2% Ilmuwan Dunia

MAKLUMAT — Dosen Program Studi (Prodi) Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr apt Muhammad Thesa Ghozali MSc, berhasil masuk dalam jajaran Top 2% Scientist Network yang dirilis oleh Stanford University dan Elsevier.

Capaian tersebut sekaligus mengukuhkan UMY sebagai kampus unggul, setelah sebelumnya nama-nama seperti Prof Agus Setyo Muntohar ST MEngSc PhD(Eng), Dr Udin, hingga Dr Ir Iswanto ST MEng IPM ASEAN Eng, juga masuk dalam jajaran Top 2% Ilmuwan Berpengaruh Dunia.

Pengakuan Bergengsi, Riset Berdampak Tinggi

Daftar sersebut merupakan suatu pengakuan bergengsi bagi para ilmuwan. Masuknya Ghozali dalam daftar tersebut menunjukkan kiprahnya sebagai ilmuwan memiliki dampak riset global yang tinggi.

Pengakuan tersebut, menurutnya, menjadi bukti bahwa riset farmasi UMY telah memberi kontribusi nyata di tingkat dunia. Meski begitu, Ghozali mengaku sempat tak percaya saat mengetahui informasi tersebut.

“Awalnya saya bingung, ini maksudnya apa dan pengaruhnya apa. Karena semangat riset saya baru tumbuh setelah lulus doktoral tahun 2021. Tapi alhamdulillah, ini menjadi kebahagiaan tersendiri karena baru pertama kali nama saya masuk daftar Top 2%,” ujarnya, dilansir laman resmi UMY, Sabtu (11/10/2025).

Ia menambahkan, capaian ini menjadi bentuk apresiasi atas dedikasi riset yang dijalankan selama ini. “Alhamdulillah, ini menjadi kebanggaan tersendiri, terutama karena bisa berkontribusi untuk Muhammadiyah, khususnya UMY,” imbuhnya.

Baca Juga  Muhammadiyah Kaya Guru Bangsa, tapi Kekurangan Manusia Politik

Fokus Riset: Farmasi Informatika

Lebih lanjut, Ghozali menekankan bahwa kekuatan risetnya terletak pada bidang Farmasi Informatika, yakni sebuah pendekatan interdisipliner yang menggabungkan farmasi, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

“Saya selalu melihat arah kehidupan peradaban. Kita hidup di era Revolusi Industri 4.0 dan masyarakat 5.0, jadi pemanfaatan teknologi informasi itu menjadi kebutuhan mutlak,” jelasnya.

Dalam penelitiannya, Ghozali berfokus pada dua aspek utama: edukasi pasien (patient education) dan penemuan obat baru berbasis AI. Melalui pendekatan tersebut, apoteker dapat memberikan edukasi yang lebih personal kepada pasien sekaligus mempercepat proses drug discovery.

Beberapa inovasi Ghozali yang menonjol antara lain:

  • Kotak Obat Terintegrasi Internet of Things (IoT), yang dapat mengingatkan pasien untuk minum obat dan dikendalikan dari jarak jauh.
  • Aplikasi Seluler untuk Penderita Asma, yang membantu pasien memantau kondisi dan terapi pengobatannya secara mandiri.
  • Machine Learning untuk Prediksi Resistensi Antibiotik, yang mampu memperkirakan potensi resistensi terhadap infeksi tertentu.

“Biasanya, uji resistensi bakteri memakan waktu minimal 24 jam. Tapi dengan machine learning, prediksi bisa dilakukan segera berdasarkan data yang sudah terkumpul,” terangnya.

Menurutnya, teknologi tersebut bukan hanya mempercepat diagnosis, tetapi juga meningkatkan efisiensi layanan kesehatan secara signifikan.

Tak Berhenti di Publikasi: Hilirisasi Riset

Ke depan, Ghozali ingin hasil risetnya tidak berhenti di publikasi jurnal ilmiah semata. Ia memiliki visi untuk melakukan hilirisasi riset agar bisa diterapkan secara langsung di jaringan rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah.

Baca Juga  Muhammad Manu: Anak Muda Harus Berani Tampil, Jangan Hanya Mengekor

“Kami ingin hasil penelitian ini bisa diterapkan di rumah sakit Muhammadiyah, seperti PKU Klaten atau Rumah Sakit Ibu dan Anak ‘Aisyiyah, dengan mengintegrasikan kotak obat berbasis IoT ke sistem instalasi farmasi mereka,” ujarnya.

Langkah ini diharapkan menjadi bagian dari transformasi digital layanan farmasi Muhammadiyah-Aisyiyah, menjawab kebutuhan era teknologi dan pelayanan berbasis data.

Lebih jauh, Ghozali berpesan kepada para dosen muda agar tidak takut memulai langkah riset, meski dari hal sederhana.

“Mulailah dari yang simpel dan sesuai passion. Kalau terlalu tinggi kadang justru bingung sendiri, yang penting kita cinta dulu dengan bidang yang kita tekuni,” pesannya.

*) Penulis: Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *