Totalitas Pemuda Negarawan

Totalitas Pemuda Negarawan

MAKLUMAT — Kemerdekaan Indonesia menuju usia ke-80 tahun. Masih terdapat tantangan dalam mewujudkan visi kemerdekaan, karena itu, bangsa Indonesia perlu melihat peluang (opportunity), agar tujuan kemerdekaan itu terwujud.

Diperlukan upaya totalitas (totality) dalam mencapai visi (tujuan) kemerdekaan, kita harus mampu mengubah tantangan masa depan (challenge future) menjadi peluang masa depan (opportunity future).

Mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia harus dilakukan secara bersama-sama, diperlukan keterlibatan semua anak bangsa dan tokoh-tokoh bangsa.

Selain itu, diperlukan totalitas yaitu sikap mencurahkan seluruh kemampuan, tenaga, perhatian, dan komitmennya secara penuh terhadap suatu hal, tanpa setengah-setengah.

Sikap totalitas itu, setidaknya membutuhkan tiga komponen utama pertama, kesadaran kolektif dalam membangun bangsa dan negara; kedua, gagasan dan ide kolektif; ketiga, aksi kolektif.

Tiga Dasar Kolektivisme

Pertama, kesadaran kolektif dalam membangun bangsa dan negara. Kesadaran kolektif menjadi pijakan penting dalam rangka mencapai sebuah tujuan. Bangsa Indonesia memiliki kesadaran kolektif. Pada pra kemerdekaan, kesadaran kolektif ditunjukan dengan hadirnya sumpah pemuda (1928), forum kesadaran kolektif ini menegaskan pemuda dalam bertanah air, berbangsa dan berbahasa Indonesia.

Sebelumnya, semangat kolektif juga dikoordinir melalui tokoh-tokoh sentral seperti apa yang dilakukan Soekarno (1901-1970) dan Mohammad Hatta (1902-1980). Soekarno dan Hatta, serta tokoh sentral lainnya di usia muda pada pra kemerdekaan telah mengobarkan api semangat kemerdekaan melalui sikap penentangan terhadap penjajahan.

Totalitas meraih kemerdekaan Indonesia itu, soekarno menuliskannya melalui judul buku yang eksplisit ‘Mencapai Indonesia Merdeka (1933)’, Begitu juga dengan Moh. Hatta memimpin Perhimpunan Indonesia dan menerbitkan majalah ‘Indonesia Merdeka (1924)‘.

Baca Lainnya  Presiden Prabowo Pastikan Kebutuhan Pangan Aman Menjelang Idulfitri 1446 H

Pemuda Indonesia telah membuktikan bahwa semangat kesadaran kolektif harus terus ditumbuhkan, semangat kolektif harus menjadi DNA bangsa Indonesia. Berawal dari kesadaran kolektif inilah, bangsa Indonesia mampu meraih tujuan bangsanya. Sebagaimana meraih kemerdekaan bangsa Indonesia, dibangun melalui kesadaran kolektif.

Kedua, gagasan dan ide kolektif. Dari kesadaran kolektif, menghadirkan gagasan dan ide kolektif. Totalitas membutuhkan kerangka kerja semacam pedoman atau blue print kolektif yang telah menjadi kesepakatan bersama. Gagasan dan ide merupakan hasil pemikiran, sebagaimana meraih kemerdekaan dibangun dengan gagasan dan ide. Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila menjadi produk kesadaran kolektif. Dalam merumuskan kemerdekaan itu, gagasan dan ide kolektif dikedepankan.

Bentuk negara Indonesia yang didasarkan pada gagasan dan ide kolektif bangsa sebagaimana tertuang dalam alinea ke 4 pembukaan UUD 1945 “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.” Visi kebangsaan ini disebut dengan ‘philosophische grondslag’ atau dasar filosofis yang menjadi dasar fondasi bagi pembangunan negara Indonesia.

Visi kenegaraan itu, didasarkan pada Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea keempat paragraf akhir. Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terdapat butir-butir Pancasila menjadi dasar bagi arah pembangun negara Indonesia. Indonesia telah memilih sebagai negara hukum, menjadi UUD 1945 sebagai konstitusi tertinggi dalam bernegara. Segala peraturan yang dibuat di bawahnya harus merujuk pada UUD 1945. Visi kemerdekaan yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dikenal sebagai visi abadi.

Baca Lainnya  Tanggapan Penasihat Khusus Presiden Atas Tuntutan Purnawirawan TNI yang Desak Bersih-bersih Orang Jokowi dan Gibran

Ketiga, aksi kolektif. Aksi nyata yang kolektif merupakan bentuk ikhtiar (usaha-usaha) dalam mewujudkan tujuan atau visi kenegaraan. Pada pra kemerdekaan tujuan bangsa Indonesia adalah kemerdekaan, dalam mewujudkan kemerdekaan itu, generasi muda tidak hanya sekadar melakukan perlawanan melalui lisan dan tulisan, namun juga perlawanan fisik kepada penjajah.

Saat menjelang kemerdekaan 1945, Soekarno–Hatta dan golongan generasinya dianggap sebagai representatif kaum tua. Kaum muda terwakili oleh Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh. Kaum muda mendesak untuk segera memproklamirkan kemerdekaan, dan inisiatif membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk mendesak keduanya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Totalitas Pemuda Negarawan

Indonesia membutuhkan sosok-sosok negarawan untuk mewujudkan visi kemerdekaan. Negarawan sebagaimana yang didefinisikan dalam kbbi.web.id adalah ahli dalam kenegaraan; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.

Pemuda Negarawan dapat diartikan sebagai para pemuda yang sadar akan tanggung jawab kepada bangsa dan negaranya, meletakkan kepentingan umum (bangsa dan negara) di atas kepentingan dirinya dan golongannya, memiliki pandangan ke depan (visioner) dan berkemajuan (progressive) dengan mengedepankan sikap kebijaksanaan dan kewibawaan.

Pemuda negarawan menjadi semacam komitmen kebangsaan dan kenegaraan dari Pemuda Muhammadiyah. Pemuda negarawan menjadi brandmark Pemuda Muhammadiyah. Kehadiran Pemuda Muhammadiyah sebelum kemerdekaan pada 2 Mei 1932, sebagai tanda sekaligus komitmen kebangsaan pemuda Muhammadiyah dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Baca Lainnya  Mewujudkan Keluarga Tangguh: Membendung KDRT

Pemuda Muhammadiyah tahun ini telah memasuki usia ke 93 tahun. Tema yang diusung adalah ‘Pemuda Negarawan, Totalitas untuk Indonesia Raya’. Pemuda Muhammadiyah menekankan kata kunci totalitas, sebagai bentuk dari sikap yang sungguh-sungguh dalam mewujudkan tujuan bangsa dan negara. Segenap pimpinan dan anggota Pemuda Muhammadiyah di seluruh Indonesia, senantiasa memiliki fikiran, jiwa dan tindak yang sungguh-sungguh untuk Indonesia.

Totalitas menurut WR. Supratman tertuang dalam bait lagu kebangsaan Indonesia Raya “…Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya. …Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya, Untuk Indonesia Raya. …Majulah Negerinya, Majulah pandunya, Untuk Indonesia Raya.” Agar mencapai tujuan kemajuan bangsa dan negara, WR Supratman menegaskan agar terbangun jiwa dan fisiknya, sadar hati dan budinya.

Pemuda Muhammadiyah dalam mewujudkan visi kemerdekaan menekankan seluruh pimpinan dan anggota untuk senantiasa bersikap totalitas dengan membangun kesadaran kolektif, menjunjung tinggi UUD 1945 dan Pancasila, serta melakukan aksi nyata untuk Indonesia Raya. Pemuda Muhammadiyah harus mampu membaca tantangan masa depan (challenge future) sebagai peluang masa depan (opportunity future). Pemuda Muhammadiyah senantiasa totalitas untuk Indonesia Raya.

*) Penulis: Dzulfikar Ahmad Tawwala
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *