MAKLUMAT — Perjalanan singkat ke Jawa Timur mendapatkan dua kabar penting dan menggembirakan. Yang pertama diresmikannya Prodi Magister Ilmu Komunikasi (MAC) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dan satu lagi terbitnya sertifikat verifikasi media Maklumat.id (PT Surya Media Jatim) dari Dewan Pers. Keduanya saling terkait sebab berada pada wilayah garapan komunikasi dan informasi.

Di sektor pendidikan, Muhammadiyah memang selalu di depan. Selain kuantitas, aspek kualitas pun menjadi prioritas. Kampus yang sama juga sedang viral karena perolehan skor Sinta yang menggembirakan, berada urutan teratas di antara kampus PTMA, serta berada di urutan ke-6 di antara seluruh kampus se-Indonesia.
Dengan diresmikannya Prodi MAC, Umsida telah berhasil menangkap sinyal akan tren dunia komunikasi yang terus merangkak. Banyaknya sarjana komunikasi di tanah air, tidak berbanding lurus dengan jumlah jenjang S2-nya. Kedua, Umsida juga menegaskan akan kontribusinya pada sektor komunikasi, baik kehumasan dan juga media.
Relate dengan itu, kehadiran Maklumat.id sebagai media yang lolos verifikasi Dewan Pers menegaskan keseriusan akan pentingnya peran informasi dan narasi di persyarikatan Muhammadiyah. Walaupun usianya baru dua tahun, sejak awal dirintis hingga kini, Maklumat.id nge-gas untuk mengejar pengakuan dari Dewan Pers secara penuh.
Secara prosedur, sebenarnya tidak mudah untuk lolos verifikasi Dewan Pers, namun usahanya sebanding dengan hasilnya, level medianya akan berbeda dengan yang belum terverifikasi. Ditambah lagi dengan posisi jurnalisnya yang seluruhnya juga telah mengikuti dan lolos Uji Kompetensi Wartawan (UKW).
Saluran Ideologi
Narasi media di Muhammadiyah sebenarnya bukan kemarin sore. Hanya berselang tiga tahun sejak berdirinya, Muhammadiyah sudah menabuh loncengnya pertanda jihad informasi dimulai. Diawali dengan menerbitkan Suara Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dibantu murid terbaiknya yang memiliki pengalaman jurnalistik Haji Fachrodin, kemudian memulai babak baru dalam berdakwah. Sejak saat itulah gerakan pembaharuan Islam berkembang lebih massif.
Media cetak waktu itu bukan hanya simbol kepedulian, tetapi mahkota kemewahan dalam gerakan sebuah organisasi sosial keagamaan. Melahirkan media di kala kondisi sedang tidak menentu, daya baca masyarakat masih sangat minim, bahan baku langka, mesin cetak yang dimiliki pihak kolonial, namun kehadirannya memperkuat sebagai organisasi modern berkemajuan.
Bagi Muhammadiyah, media bukan hanya saluran informasi semata, tetapi simbol dari perwujudan ideologi itu sendiri. Seperti banyak para peneliti media menjelaskan, jika media adalah pesan itu sendiri. Maka bagaimana kemudian para pengelola media ini mendesain, bahwa benda tersebut bukan hanya lembaran kertas bertuliskan tinta, tetapi menjadi kebanggaan karena mencerminkan dari kualitas organisasinya itu sendiri.
Sebagai pesan, media yang dikelola persyarikatan Muhammadiyah sangat wajar jika banyak perbedaan dengan media pada umumnya. Kehadirannya tidak hanya sebagai saluran informasi, untuk mengabarkan sebuah peristiwa, tetapi juga membawa misi pencerahan yang begitu penting. Maka di dalamnya akan ditemukan pedoman hidup, pemikiran-pemikiran mencerahkan, pandangan keagmaan berkemajuan, kontra narasi atas ketidak adilan, hingga sejarah dan pandangan politik yang kritis.
Bahkan pada ruang yang sama, media Muhammadiyah juga menjadi semakin penting karena telah menunjukan keberpihakannya yang sangat kentara. Setidaknya ada tiga keberpihakan, pertama, keberpihakan pada ilmu pengetahuan. Muhammadiyah lahir untuk melawan kejumudan berfikir, mengedepankan sisi rasional, gerakan dakwahnya juga diperkuat dengan kajian sains yang sangat serius. Maka AUM (seperti lembaga pendidikan dan Rumah Sakit) yang dikelolanya menjadi penopang kokoh bagaimana aspek rasionalitas dan ilmu pengetahuan dikembangkan.
Kedua, keberpihakan pada kebenaran. Dengan kemandiriannya pada berbagai bidang, Muhammadiyah cukup percaya diri untuk menyuarakan kebenaran. Baik di bidang keagamaan, politik, ilmu pengetahuan, ketidakadilan gender, hingga persoalan-persoalan kontemporer lainnya.
Ketiga, keberpihakan pada kaum lemah. Berpijak pada teologi al-Ma’un, Muhammadiyah tidak hanya menyuarakan, tetapi memberikan teladan konkret, bagaimana cara memanusiakan manusia. Mengangkat derajat kemanusiaan melalui pelayanan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Dengan manajemen prima dan profesional, Muhammadiyah menegaskan keberpihakannya pada kaum lemah tanpa memandang budaya, agama, dan juga bangsa.
Kehadiran Suara Aisyiyah, tidak pelak lagi semakin menggenapkan keberpihakan Muhammadiyah pada kaum perempuan. Tidak sekedar memberikan ruang untuk bersuara, tetapi sejajar, setara, dan memberikan pelayanan secara terbuka. Suara Aisyiyah memiliki kesempatan dan corak yang mirip dengan Suara Muhammadiyah.
Media AfiliasiMu
Suara Muhamamdiyah dan Suara Aisyiyah, hanyalah salah dua dari media yang dikelola Muhammadiyah. Selain itu masih banyak media yang diterbitkan oleh persyarikatan di berbegai level pimpinan dan juga Ortom. Termasuk yang dikelola oleh AUM. Namun ada yang bertahan, dan kebanyakaan sudah berguguran.
Pasca lahirnya internet, di mana media tidak hanya berbasis cetak dan elektronik, kehadiran media di kalangan persyarikatan bak jamur di musim hujan. Tidak ada yang bisa membatasi, semua tumbuh atas kesadaran dan kepedulian. Pada saat yang sama juga mengisyaratkan lahirnya keinginan dan mimpi penting akan jihad informasi di kalangan peryarikatan secara institusi dan juga komunitas kader di akar rumput.
Dengan jumlahnya yang terus bertambah, media AfiliasiMu kini tersebar di berbagai daerah. Kondisinya sangat dinamis dengan pengelolaan yang cukup beragam. Apresiasinya, bahwa kehadirannya bersifat bottom up, walaupun sebagiannya atas inisiatif dari struktur persyarikatan dan AUM. Secara manajerial ada yang sudah standar media profesional ada juga yang terus merangkak dan berjuang. Ada yang diperhatikan oleh pimpinan dan AUM, ada juga yang berjalan sendiri-sendiri. Sebagian kecilnya lagi sudah menjadi perusahaan yang mandiri.
Bagaimana pun kondisinya, aktivitas jurnalisme di Muhammadiyah terus tumbuh dan menyebar. Dengan background jurnalisnya yang sangat beragam, semua memiliki kepedulian yang sama, yaitu syiar persyarikatan. Namun, langkah maju dan cepat dari Maklumat.id, mungkin bisa menginspirasi kita semua, bahwa media harus naik kelas untuk mengantisipasi berbagai risiko yang akan terjadi, sekaligus mendapatkan benefit berupa pengakuan dan keleluasaan dalama bekerjasama dengan berbagai pihak.
Mudah-mudahan dengan perhatian pimpinan di berbagai daerah dan dukungan yang memadai dari AUM, harapan ini dapat terwujud. Wallahu a’lam