Trauma Ledakan SMAN 72 Terus Diobati, Kemendikdasmen-HIMPSI Turun Tangan, Siswa Belajar Daring

Trauma Ledakan SMAN 72 Terus Diobati, Kemendikdasmen-HIMPSI Turun Tangan, Siswa Belajar Daring

MAKLUMAT – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bergerak cepat memulihkan kondisi psikologis warga SMAN 72 Jakarta pasca-ledakan Jumat lalu (7/11). Kemendikdasmen menggandeng 56 psikolog profesional untuk memberikan pendampingan intensif. Saat ini, situasi sekolah mulai kondusif dan siswa melanjutkan pembelajaran secara daring (dalam jaringan).

Para psikolog itu berasal dari Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI), Psikolog Polri, serta tiga dinas Pemprov DKI (PPAPP, Sosial, dan Kesehatan). Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, menegaskan layanan psikososial ini bertujuan utama menghilangkan trauma warga sekolah.

Suharti merujuk data Sekretariat Nasional Sekolah Pendidikan Aman Bencana per Senin (10/11). Data itu menunjukkan lingkungan sekolah sudah kondusif. Tim terkait juga telah memperbaiki lokasi kejadian. Masjid yang menjadi titik ledakan sudah direnovasi, termasuk pengecatan ulang dinding dan penggantian karpet baru.

HIMPSI sebagai mitra Kemendikdasmen memberikan tiga rekomendasi utama. Pertama, guru harus memiliki keterampilan pendampingan psikososial jangka panjang bagi siswa.

Kedua, tim telah melakukan rapid assessment terhadap 589 siswa dan guru dan menyatakan mereka aman secara fisik serta mental. Tim akan melanjutkan pendampingan lanjutan di sekolah. Ketiga, pembelajaran harus tetap berjalan secara daring.

Tim tenaga psikologi Korps Relawan Bencana (KRESNA) HIMPSI langsung mengeksekusi rekomendasi itu. Mereka memberikan materi pemulihan mental berupa Psychological First Aid (PFA) kepada murid, guru, dan tenaga kependidikan.

Raya Putri Lestari, siswi Kelas XI-E, merasakan manfaat langsung dari sesi tersebut. “Kami lebih dapat mengendalikan emosi kami saat ini. Terima kasih atas materi pemulihan mental yang telah diberikan,” ujar Raya, Senin (10/11).

Baca Juga  Harapan dari Tengah Perkebunan Sawit, Kemendikdasmen Uji Terap PJJ di Sabah-Serawak

Tim membagi kegiatan PFA ke dalam kelompok sesuai kelas. Fasilitator dan observer mendampingi mereka melakukan berbagai aktivitas pemulihan trauma, seperti Klarifikasi Fakta, Normalisasi, Psikoedukasi, serta Dukungan dan Refleksi (Coping Sharing).

Tenaga psikologi KRESNA, Lim Swie Hok, menyapa sekitar 100 partisipan secara daring. “Program ini kami rancang untuk menurunkan tingkat trauma, meningkatkan rasa aman, dan memulihkan semangat belajar kalian,” urai Lim.

Ia menceritakan, pertemuan yang awalnya tegang perlahan berubah tenang. Tim memutar instrumen lagu yang menenangkan dan mengajak partisipan membayangkan suasana alam teduh. “Tujuannya menstabilkan kondisi psikologis penyintas, mengurangi beban emosi, dan mengembalikan rasa aman,” sambungnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana, menegaskan pihaknya telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 38/SE/2025. Edaran ini menginstruksikan peningkatan kewaspadaan keamanan di sekolah, termasuk deteksi dini potensi gangguan.

“Mulai tanggal 10 November 2025, pembelajaran di SMAN 72 Jakarta kami laksanakan secara daring hingga kondisi sekolah kami nyatakan dapat digunakan kembali,” pungkas Nahdiana.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *