Tren Baru di Arab Saudi: Anak Muda Dampingi Orang Tua Tunaikan Ibadah Haji

Tren Baru di Arab Saudi: Anak Muda Dampingi Orang Tua Tunaikan Ibadah Haji

MAKLUMAT — Bagi jutaan umat Islam, menunaikan ibadah haji adalah puncak dari perjalanan spiritual. Namun bagi sejumlah anak muda Saudi, pengalaman itu menjadi lebih bermakna saat dijalani bersama orang tua mereka.

Tradisi mendampingi ayah atau ibu ke Tanah Suci kini semakin populer di kalangan generasi muda Saudi. Selain sebagai bentuk bakti kepada orang tua, momen ini juga menjadi sarana memperkuat ikatan keluarga dan mendalami makna ibadah haji dari sisi yang lebih personal.

Ethar Abdulrahman, 22 tahun, mengaku bahwa ia sempat merasa kewalahan saat membayangkan harus menunaikan haji sendirian. Namun keputusannya untuk mendampingi sang ibu mengubah segalanya. “Tidak mudah bagi orang seusia saya untuk menjalani haji sendiri. Kamu butuh bimbingan dan dukungan, terutama secara emosional. Ketika itu datang dari orang tua, rasanya sungguh luar biasa,” ujar.

Selama menjalankan ibadah, peran Abdulrahman bertransformasi dari seorang anak menjadi seorang pengasuh. Ia menyiapkan barang-barang penting, mendampingi ibunya saat tawaf, hingga memberi dukungan saat menghadapi cuaca panas dan kerumunan jemaah. “Saya tidak hanya menjalankan ritual. Saya juga merawat orang yang saya cintai,” ujar Abdulrahman seperti dilansir Arab News, Senin (2/5/2025).

Ia mengisahkan bagaimana ibunya sering menceritakan pengalaman berhaji 30 tahun silam — saat fasilitas masih terbatas, tenda-tenda belum berpendingin, dan perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki dalam terik yang menyengat. “Hari ini saya melihat ibu kagum dengan bus, aplikasi digital, dan stasiun air. Itu mengingatkan saya betapa majunya pelayanan haji saat ini berkat upaya pemerintah,” tambahnya.

Baca Juga  Respons Gempa Dahsyat di Myanmar, Muhammadiyah Melalui Lazismu Segera Kirimkan Bantuan Kemanusiaan

Cerita serupa datang dari Rania Al-Mutairi, 24 tahun, yang mendampingi ibunya menjalankan ibadah haji. Ia menggambarkan perjalanannya sebagai “titik balik spiritual”. “Saya belajar banyak dari merawat ibu saya. Haji mengajarkan saya untuk menyeimbangkan antara menjadi pelayan dan pencari makna,” tuturnya. Menurutnya, fokus pada kebutuhan orang lain selama haji justru membuka ruang refleksi diri yang lebih dalam.

Sementara itu, Hamad Al-Qahtani, 26 tahun, menyebut pengalamannya mendampingi sang ayah sebagai pelajaran besar tentang kesabaran. “Ayah berjalan lambat dan butuh istirahat sering. Awalnya saya cemas dengan waktu, tapi saya akhirnya sadar bahwa haji bukan perlombaan. Melambat bersamanya justru memberi waktu untuk merenung dan hadir sepenuhnya dalam setiap momen,” katanya.

Di balik perjalanan fisik yang melelahkan, para jemaah muda ini merasakan hadirnya warisan spiritual lintas generasi. Kisah dan pengalaman orang tua mereka menjadi pengingat akan kesabaran dan keikhlasan dalam beribadah. “Saya rasa, saya belajar lebih banyak dari melihat kekuatan dan ketabahan ibu saya dibanding dari buku manapun,” kata Al-Mutairi.

Fenomena anak muda Saudi yang mendampingi orang tua ke haji mencerminkan nilai luhur dalam Islam: menghormati dan melayani orang tua, terutama dalam masa tua dan kebutuhan. Bagi banyak dari mereka, pelayanan ini bukan sekadar tugas, tetapi bentuk ibadah yang mendalam. Sebagaimana dikatakan Abdulrahman, pengalaman ini bukan hanya soal menjalani haji, tetapi tentang merawat warisan iman dan kasih sayang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Iman tidak hanya diwariskan, tapi juga dipelihara — dengan cinta, pengorbanan, dan kebersamaan di Tanah Suci,” pungkasnya.

Baca Juga  Survei UM Surabaya: Prabowo-Gibran Unggul Tipis di Anak Muda Jatim
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *