MAKLUMAT – “Kita semua adalah Affan Kurniawan.” Kalimat itu menjadi penegasan Universitas Islam Indonesia (UII) saat melepas duka atas kepergian seorang mahasiswa yang tewas dalam aksi unjuk rasa akibat tindakan aparat keamanan.
Affan disebut bukan sekadar nama. Ia adalah simbol getir nasib rakyat kecil yang suaranya kerap diabaikan. “Tragedi ini bukan hanya tentang Affan. Ia adalah tentang kita semua—tentang rakyat yang suaranya diabaikan, tentang kebijakan negara yang menghimpit rakyat, tentang suara kritis yang dibungkam,” demikian pernyataan resmi UII dikutip pada Senin (1/9/2025).
UII menyebut wafatnya Affan mencerminkan potret luka rakyat di tengah represivitas negara. Di kota lain, nyawa lain juga sudah melayang. Sementara elite politik dinilai justru bergelimang kuasa, sibuk menumpuk kekayaan bersama kroni-kroninya, dan abai pada jeritan masyarakat kecil.
Tujuh Tuntutan
Dalam sikap resminya, UII menyampaikan tujuh tuntutan. Di antaranya mendesak pemerintah menghentikan pengabaian terhadap rakyat kecil dan bertanggung jawab atas hilangnya nyawa Affan. DPR RI juga diminta lebih peka terhadap kesulitan masyarakat serta sungguh-sungguh menjalankan fungsi pengawasan.
Kepada aparat keamanan, UII menegaskan agar menghentikan segala bentuk kebrutalan dan menghormati hak asasi manusia. Sementara masyarakat sipil didorong tetap menjaga ruang demokrasi dengan aksi damai dan bermartabat.
UII juga mengecam aksi anarkis dan penjarahan yang justru merugikan rakyat, sekaligus mengingatkan potensi penunggang politik yang memanfaatkan penderitaan masyarakat.
“Demonstrasi yang meledak beberapa hari terakhir bukan muncul dari ruang kosong, tapi dari akumulasi pengabaian negara. Kehilangan satu nyawa rakyat adalah kehilangan seluruh bangsa,” tegas pernyataan UII.
UII menutup pernyataan sikapnya dengan kalimat yang menggema: “Affan Kurniawan adalah simbol rakyat yang terpinggirkan dan suara publik yang dibungkam. Maka, kami tegaskan: Kita semua adalah Affan Kurniawan.”
