MAKLUMAT – Isu glokalisasi menjadi sorotan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lantaran berdampak pada globalisasi terhadap konteks lokal. UMM memandang isu glokalisasi memiliki peluang dan tantangan yang kuat terhadap isu sosial-politik global.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), glokalisasi adalah proses pengadaptasian barang atau jasa yang dijual secara internasional terhadap budaya dan pasar lokal yang berbeda. Salah satu produk glokalisasi dalam negeri adalah kain batik dan rendang padang.
Mohammed Bosha, dari International University of Africa menyoroti pentingnya menepis stereotip budaya Afrika. Menurut Bosha, Afrika merupakan benua kaya keragaman dan inovasi, bukan sekadar cerita konflik dan krisis.
“Glokalisasi memberi peluang untuk memperkenalkan sisi lain Afrika, yang penuh potensi dan kedamaian. Kami mengharapkan penghapusan stereotip negatif pada kami,” kata Bosha, dalam seminar internasional di UMM, dengan tema ‘Glokalisasi sebagai Peluang dan Tantangan Sosial Politik Kontemporer’ Selasa (20/11/2024).
Dinamika Demokrasi
Pembicara lain, akademisi dari California State University San Marcos, Grady Ryan Mitchell, membandingkan demokrasi di negaranya dengan Indonesia. Ia menyoroti transformasi besar dalam sistem demokrasi akibat pengaruh teknologi dan media.
“Demokrasi di Indonesia memiliki dinamika unik, di mana pengaruh lokal dan global saling bertemu. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk memperkuat sistem politik yang ada,” ia menambahkan.
Sementara itu, Annisa R. Beta dari University of Melbourne membahas perubahan identitas generasi muda akibat media sosial. Ia menyoroti platform seperti Instagram dan TikTok yang tak hanya menjadi tempat berbagi, tetapi juga membentuk pola pikir masyarakat, khususnya perempuan muda.
“Media sosial menjadi ruang negosiasi identitas di era modern. Budaya lokal tetap bisa bersinar meski berada dalam konteks global, dan ini peluang yang harus kita maksimalkan,” tegas Annisa.
Program Tahunan FISIP UMM
Seminar internasional ini merupakan program tahunan FISIP UMM yang dimulai sejak 2022. Acara ini bertujuan membangun dialog lintas budaya dan memperkuat pemahaman terhadap isu global.
Wakil Rektor IV UMM, Muhamad Salis Yuniardi, M.Psi., Ph.D., menegaskan pentingnya sikap bijak menghadapi fenomena glokalisasi.
“Glokalisasi bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang. Kita harus tetap relevan di dunia yang terus berubah, sambil menjaga kekayaan budaya lokal,” kata Salis.
Seluruh peserta menutup gelaran ini dengan diskusi interaktif yang melibatkan para peserta. Setidaknya ada rumusan dan langkah strategis menghadapi glokalisasi. UMM berharap acara ini dapat menginspirasi akademisi dan masyarakat dalam menjawab tantangan era modern dengan semangat kolaborasi dan inklusivitas.