MAKLUMAT – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mencatatkan namanya dalam peta mahasiswa berprestasi nasional. Kali ini, melalui Abi Mufid Octavio, mahasiswa Teknik Mesin yang berhasil meraih Juara 2 dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Program Sarjana tingkat Wilayah LLDIKTI 7 Jawa Timur tahun 2025.
Capaian itu sekaligus mengantarkan UMM melaju ke tingkat nasional. Kampus Putih menjadi duta kampus swasta dalam barisan kompetisi bergengsi yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.
Bersaing dengan 61 perguruan tinggi dari wilayah LLDIKTI 7, Mufid masuk ke jajaran finalis bersama sembilan kampus ternama lainnya, mulai dari Universitas Brawijaya hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Seleksi final tak sekadar mengandalkan capaian akademik, tetapi juga melibatkan serangkaian penilaian ketat mulai dari kemampuan bahasa asing, berpikir kritis, capaian unggulan, hingga inovasi yang relevan dengan isu-isu mutakhir.
Deretan Prestasi Luar Akademik
Mufid bukan nama baru dalam deretan mahasiswa berprestasi UMM. Deretan pencapaian menghiasi CV-nya: Silver Medal AISEEF 2024, Silver Medal YNSF 2024, pendanaan PKM-KC 2024, Juara 1 Program Kreativitas Mahasiswa Muhammadiyah 2024, hingga Juara 2 di ajang PIMTANAS 2024.
Tak berhenti di situ, ia juga telah menerbitkan dua jurnal terindeks Scopus sebagai first author—sebuah pencapaian yang jarang ditemukan di kalangan mahasiswa sarjana.
Di luar urusan akademik, Mufid aktif menghidupkan kegiatan organisasi dan laboratorium kampus. Ia menjabat sebagai Ketua LSO Engineering Design, Asisten Laboratorium Muhammadiyah Applied Technology Center (MATC).
Integritas dan Tanggung Jawab Moral
Kini ia tengah menjalani program magang di PT Infimech Harmoni Teknologi. Semuanya ia jalani tanpa menanggalkan komitmen terhadap prestasi dan integritas akademik.
Menghadapi tahap seleksi nasional, Mufid bersama tim internal kampus menjalani serangkaian persiapan intensif: evaluasi, perbaikan portofolio, hingga penyusunan proposal gagasan kreatif.
Ia juga harus memproduksi video berbahasa Inggris yang mengkritisi isu-isu global. Yang paling hangat adalah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta melampirkan 10 capaian unggulan sebagai bagian dari penilaian.
Baginya, kompetisi semacam Pilmapres bukan sekadar soal menjadi terbaik. Ia memaknai perjalanan ini sebagai ruang pertumbuhan pribadi dan tanggung jawab moral untuk membawa nama baik almamater.
Tak Lelah Terus Mencoba
“Seorang leader sejatinya harus terbuka, tidak egois, dan mampu merangkul semua perbedaan,” ujar Mufid, yang lahir dan besar di Malang.
Di tengah tekanan kompetisi, Mufid menemukan pelajaran penting. Apa itu? Dengan tegas ia menjawab menghormati waktu, menjaga etika akademik, dan menghargai perbedaan perspektif rekan-rekan mahasiswa dari berbagai kampus.
Ia menganggap keberhasilannya bukanlah pencapaian individu. Lebih tepatnya hasil kerja kolektif yang melibatkan banyak pihak di Kampus Putih—sebutan populer untuk UMM.
“Pencapaian ini bukan milik saya sendiri. Ini milik semua pihak yang mendukung dan tumbuh bersama,” tutupnya. Ia pun berharap lebih banyak mahasiswa UMM berani mencoba, gagal, dan kembali bangkit demi berbagi prestasi yang memberi manfaat luas.