Urgensi Pengorbanan, Ketua PWM Jatim: Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Urgensi Pengorbanan, Ketua PWM Jatim: Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

MAKLUMAT — Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr dr Sukadiono MM, menyampaikan khutbah Iduladha 1446 H di Masjid Cheng Hoo Surabaya, bertajuk ‘Urgensi Pengorbanan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial‘, Jumat (6/6/2025).

Membuka khutbahnya, pria yang akrab disapa Dokter Suko itu menukil Surat Al-Kautsar, seraya menekankan bahwa pengorbanan dalam kaitannya dengan momentum Iduladha bukan sebatas menyembelih hewan kurban, tetapi juga mengorbankan ego manusia untuk membantu sesamanya.

“Maka dari itu, dalam melakukan kurban, umat muslim meneguhkan kesetiaan mereka kepada Sang Pencipta. Perintah yang secara spesifik menunjuk Qurban terdapat dalam Surat Al-Kautsar ayat 1-3,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengajak para jemaah untuk merenungkan tantangan ekonomi yang tengah dihadapi masyarakat dan Bangsa Indonesia secara umum. “Di tengah kondisi ekonomi yang lesu pasca-pandemi, banyak keluarga yang terjebak dalam kemiskinan, dan banyak pula yang mengalami pengangguran,” sorotnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah pengangguran di Indonesia pada awal 2025 mencapai lebih dari 7 juta orang, sementara 24 juta orang lainnya masih hidup di bawah garis kemiskinan. “Sungguh, ini adalah keadaan yang membutuhkan perhatian kita semua,” imbuh Sukadiono.

Menurut dia, kesalehan sosial adalah salah satu nilai utama dalam Islam, di mana umat Islam diajarkan agar tidak hanya berfokus pada ibadah-ibadah individual semata, tetapi harus menjadi umat yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.

Baca Juga  Transformasi Sosial Muhammadiyah Aisyiyah, Sambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah

Umat Islam dan Kesalehan Sosial

Menukil Surat Al-Maun ayat 1-3, Sukadiono menegaskan bahwa kesalehan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari agama. Pengorbanan yang dilakukan dalam rangka berbagi dengan sesama adalah bentuk kewajiban umat Islam, untuk menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang berada dalam kesulitan.

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1-3).

“Saat ini, banyak saudara kita yang terdampak pengangguran. Ribuan buruh yang kehilangan pekerjaan, para petani yang kesulitan menjual hasil panen, dan para pelaku usaha kecil yang terpuruk karena kesulitan modal. Jangan biarkan mereka hidup dalam penderitaan tanpa perhatian kita,” seru Sukadiono.

Ia mengajak jemaah untuk menjadi solusi dan problem solver atas masalah sosial tersebut, sembari merenungkan sabda Rasulullah Muhammad Saw: “Siapa yang tidak peduli dengan urusan umat Islam, maka dia bukan bagian dari umat Islam.” (HR. Bukhari).

“Tidak ada seorang pun yang luput dari ujian ini, dan kita sebagai umat Islam harus hadir untuk membantu,” tandas pria yang juga menjabat Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI itu.

Pengorbanan untuk Kepentingan Umat

Lebih jauh, Sukadiono menegaskan bahwa ibadah kurban adalah simbol dari pengorbanan untuk kepentingan umat, di mana hewan-hewan kurban yang disembelih dan dibagikan kepada yang membutuhkan adalah wujud nyata dari kesalehan sosial yang mengutamakan kepedulian terhadap yang lemah dan miskin.

Baca Juga  Simak Sejumlah Imbauan Wakil Ketua DPRD Jatim Berikut Jelang Mudik Lebaran 2025

“Daging dan darah hewan kurban itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang sampai kepada-Nya.” (QS. Al-Hajj: 37).

Makna dari kurban, kata dia, adalah bukan pada hewan yang disembelih atau dikurbankan, tetapi pada niat yang ikhlas untuk membantu sesama, serta memberikan yang terbaik bagi mereka yang membutuhkan.

“Pengorbanan dalam Islam tidak hanya terbatas pada kurban hewan, tetapi juga mencakup segala bentuk bantuan yang kita berikan kepada sesama. Mari kita berkurban dengan memberikan sebagian harta kita untuk mereka yang membutuhkan, atau dengan memberikan kesempatan kerja kepada yang menganggur. Tidak ada pengorbanan yang terlalu kecil untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Yang terpenting adalah niat dan ketulusan hati kita untuk berbagi, mengurangi beban saudara kita yang tengah kesulitan,” terangnya.

“Bagi umat muslim, ini adalah panggilan untuk kita mengoptimalkan potensi zakat, infak, sedekah, dan wakaf untuk memberdayakan ekonomi umat. Jangan hanya mengandalkan bantuan pemerintah atau pihak lain. Kita sebagai umat Muslim harus memimpin dalam gerakan pemberdayaan sosial,” sambung Sukadiono.

Ia mencontohkan pada pemanfaatan wakaf produktif untuk membuka lapangan kerja bagi mereka yang menganggur. Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu menilai, tanah wakaf dapat digunakan untuk mendirikan usaha bersama, atau menyediakan modal bagi UMKM yang kesulitan.

Bergotong-royong Membantu Sesama

Selain itu, ia juga mengajak para jemaah untuk terus berusaha dan berupaya secara istikamah, untuk memberikan perhatian dan kepekaan bagi mereka yang membutuhkan dan mengalami kesulitan, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kesalehan sosial tersebut.

Baca Juga  Pesan Haedar untuk Presiden Terpilih, Jadikan Indonesia Lebih Progresif dan Maju

Menurutnya, umat Islam harus mampu mengambil peran besar dalam membantu sesamanya dalam berbagai aspek, termasuk salah satunya dalam menciptakan alternatif-alternatif lapangan kerja.

“Bergotong-royong membantu mereka yang kesulitan mencari pekerjaan, memberikan modal usaha bagi yang ingin berusaha, atau sekadar membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Peran kita sebagai umat Muslim adalah menciptakan lapangan kerja, bukan sekadar memberikan bantuan sementara,” ajak Sukadiono.

Ia berharap, segala upaya dalam amal, bentuk kepedulian, dan pengorbanan yang dilakukan tersebut mampu menggerakkan masyarakat dan umat Islam khususnya, untuk membangun masyarakat yang sejahtera.

“Semoga Allah SWT menjadikan kita umat yang peduli terhadap sesama. Berikanlah kami keberkahan dalam harta dan rezeki kami sehingga kami dapat membantu mengurangi penderitaan sesama kami. Jadikan kami umat yang bermanfaat bagi umat manusia, terutama bagi mereka yang sedang berada dalam kesulitan. Amin ya Rabbal ‘Alamin,” pungkas Sukadiono.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *