Usai Sumbang Buku, Wamen Dahnil Anzar Jadi Sasaran Rekomendasi Buku dari Netizen

Usai Sumbang Buku, Wamen Dahnil Anzar Jadi Sasaran Rekomendasi Buku dari Netizen

MAKLUMATWakil Menteri (Wamen) Haji dan Umrah, Dahnil Anzar Simanjuntak menyumbangkan sejumlah buku di Commuter Reading Spot. Meski demikian, aksinya tersebut mendapat beragam respons, termasuk kritik dari para netizen.

Melalui akun media sosial X pribadinya, Wamen Dahnil Anzar mengunggah video yang menunjukkan dirinya tengah meletakkan beberapa buku di fasilitas tersebut. Commuter Reading Spot sendiri adalah fasilitas layanan peminjaman dan pengembalian buku yang dapat ditemukan di sejumlah stasiun kereta api.

Beberapa buku yang disumbangkan oleh Wamen Dahnil Anzar antara lain Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman (2021) serta Paradoks Indonesia dan Solusinya (2023) karya Prabowo Subianto. Ada juga Majalah Merah Putih Indonesia edisi khusus bertajuk Prabowo: Rekam Foto Sang Patriot (2025).

“Pagi ini berbagi buku di reading spot-nya @CommuterLine. Semoga para Roker (Rombongan Kereta) ketika menunggu kereta datang dapat mengisi waktu dengan membaca buku,” tulisnya di akun X @Dahnilanzar pada Senin (8/12/2025).

Adapun buku lainnya yang terlihat diletakkan di reading spot tersebut ialah Dinasti Rente (2014), Akrobat Pembangunan (2011), dan Politik Pertahanan (2023), yang semuanya merupakan karya Dahnil Anzar sendiri. Selain itu, tampak pula novel Teror Mata Abdi Astina (2018) karya Agus Dwi Prasetyo.

Unggahan tersebut memunculkan banyak balasan di kolom komentar. Para netizen merekomendasikan berbagai buku lain, mulai dari buku-buku bertemakan pemikiran kiri, perlawanan terhadap elite kekuasaan, kekerasan negara, hingga karya yang menyoroti kelompok marginal.

Baca Juga  Agenda Penting LHKP PWM Jatim Akhir Pekan Ini: PIKWIL di Sidoarjo dan Diskusi Lintas Umat Soal Palestina secara Hybrid

Seorang netizen dengan akun @tehnit4 membalas unggahan tersebut dengan merekomendasikan buku Mei Merah 1998: Kala Arwah Berkisah (2018), novel karya Naning Pranoto. Netizen lain, @jjsentosa, membalas dengan merekomendasikan buku Animal Farm (2021) karya George Orwell. “Seimbangkan juga dengan bacaan ringan tentang binatang,” ujarnya.

Rekomendasi buku lain juga bermunculan dari para pengguna X. Di antaranya Berkas Genosida Indonesia (2022) karya Jess Melvin, Metode Jakarta: Amerika Serikat, Pembantaian 1965, dan Dunia Global Kita Sekarang (2020) karya Vincent Bevins, hingga Kronik Penculikan Aktivis dan Kekerasan Negara 1998 (2024) karya Muhidin M. Dahlan.

Beberapa netizen turut melontarkan candaan, mengaku lebih tertarik membaca buku Garut Kota Illuminati (2013) karya Ahmad Yanuana Samantho maupun Rahasia Ilmu Khodam (1998) karya Hartoyo.

Tidak sedikit pula yang mengkritik secara langsung buku-buku yang ditaruh oleh Wamen Dahnil Anzar. Pengguna @metanoomyaw menulis, “Bukunya nggak menggugah buat dibaca, skip.” Sementara itu, pengguna lainnya, @Shanflwrr berkomentar, “Hahaha, buku yang menarik untuk dilewatkan.”

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *