
MAKLUMAT – Usulan inovatif kembali muncul dari Ustaz Adi Hidayat terkait upaya peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia. Menanggapi pidato Presiden Prabowo Subianto dalam peringatan Hari Guru Nasional 28 November 2024 lalu, Ustaz Adi mengajukan gagasan penggunaan hasil tambang sebagai sumber pendanaan untuk guru.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyampaikan permohonan maaf kepada para guru karena pemerintah belum mampu memenuhi kesejahteraan yang layak bagi mereka. Pidato tersebut mendapat respons luas, viral di media sosial, dan memantik diskusi di berbagai kalangan.
Menanggapi hal ini, Ustaz Adi Hidayat menyatakan dukungannya terhadap perhatian pemerintah terhadap nasib guru. Namun, ia menekankan perlunya langkah konkret untuk memberikan solusi.
Dua Formula untuk Kesejahteraan Guru
Ustaz Adi Hidayat menawarkan dua pendekatan. Pertama, ia mengusulkan adopsi pola persaudaraan yang diterapkan Nabi Muhammad SAW saat membangun Kota Madinah. Model ini mempersaudarakan masyarakat dengan tujuan saling membantu dan meningkatkan kesejahteraan bersama.
“Guru-guru di daerah yang kesejahteraannya rendah bisa disinergikan dengan masyarakat yang memiliki kelebihan rezeki. Pola seperti ini pernah kami coba, dan hasilnya sangat positif,” ungkap Ustaz Adi dalam video unggahannya dikutip Ahad (1/12).
Ia menambahkan bahwa pemerintah dapat memanfaatkan pendekatan zonasi untuk memetakan guru yang membutuhkan bantuan, lalu menghubungkan mereka dengan masyarakat atau pihak swasta di daerah tersebut.
Pendekatan kedua adalah mengalokasikan hasil tambang untuk mendukung guru. Menurutnya, jika skema serupa pernah diterapkan untuk organisasi masyarakat (ormas), maka layak dipertimbangkan pula untuk profesi guru.
“Setiap daerah memiliki sumber daya alam. Dengan kerja sama antara BUMN, BUMD, atau pihak ketiga, keuntungan eksplorasi mineral tertentu bisa dialokasikan bagi guru,” ujarnya.
Belajar dari Jepang
Ustaz Adi juga menyinggung Jepang sebagai contoh negara yang bangkit melalui pendidikan pasca-perang. Ia mengingatkan bahwa saat Jepang hancur akibat bom atom pada 1945, salah satu pertanyaan pertama yang diajukan pemimpin mereka adalah jumlah guru yang tersisa.
“Fokus mereka pada pendidikan menjadi landasan kebangkitan nasional. Kini, Jepang memiliki sistem pendidikan yang diakui dunia,” jelasnya.
Ustaz Adi berharap pemerintah dan masyarakat dapat bersinergi untuk menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama, agar Indonesia mampu mencetak generasi emas yang membanggakan.
“Semoga dengan usaha bersama, kita bisa meningkatkan kesejahteraan guru dan membangun negara yang lebih baik,” tutupnya.