MAKLUMAT – Video yang memperlihatkan Dondy Tan membimbing pengucapan syahadat massal sekitar 200 warga Suku Tau Taa Wana (To Wana) di pedalaman Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, viral di YouTube dan media sosial, Senin (29/12/2025).
Video tersebut belum lama ini diunggah langsung di kanal YouTube Dondy Tan dalam dua versi YouTube Shorts. Video pertama memperlihatkan prosesi syahadat kaum pria, sementara video kedua menampilkan anak-anak perempuan dan ibu-ibu yang mengikuti bimbingan serupa. Video syahadat kaum pria kemudian diunggah ulang oleh akun @lastriinemere2595 dan langsung menuai ribuan respons dari warganet.
Dalam tayangan itu, prosesi syahadat berlangsung tertib dan khidmat. Para peserta mengikuti bimbingan pengucapan dua kalimat syahadat yang disampaikan dalam bahasa Arab, Indonesia, dan bahasa Taa, bahasa ibu masyarakat setempat. Momen tersebut memicu gelombang komentar berisi doa, pujian, dan refleksi keagamaan dari pengguna media sosial.
Dondy Tan, yang memiliki nama lahir Dondy Tan Susanto dan akrab disapa Koh Dondy, dikenal sebagai seorang mualaf, pengkhotbah, sekaligus pakar Kristologi. Ia lahir di Semarang dan besar di Cilacap. Sebelum memeluk Islam, Dondy merupakan pemeluk Kristen Protestan yang aktif.
Ia resmi menjadi mualaf pada 25 Juli 2014 setelah melakukan riset selama tujuh tahun dengan membandingkan ajaran Alkitab dan Al-Qur’an. Dondy kerap menyebut dirinya sebagai seorang “revert”, yakni kembali ke fitrah Islam, bukan sekadar berpindah agama.
Melalui kanal YouTube miliknya, Dondy Tan dikenal luas lewat konten edukasi keagamaan, diskusi lintas iman, serta serial “Bible Exposed” yang membahas kajian Kristologi. Hingga 2025, ia dilaporkan telah membimbing hampir 300 orang mualaf. Dondy juga aktif berkolaborasi dengan sejumlah tokoh agama nasional dalam kajian dan podcast.
Peristiwa syahadat massal ini menjadi perhatian karena melibatkan Suku Tau Taa Wana, kelompok masyarakat adat yang mendiami wilayah pedalaman Sulawesi Tengah, khususnya di sekitar Sungai Bongka dan Pegunungan Tokala, Morowali Utara. Suku Tau Taa Wana merupakan bagian dari rumpun bahasa Pamona dan menggunakan dialek Taa dalam kehidupan sehari-hari.
Secara historis, masyarakat Tau Taa Wana dikenal sebagai penghuni hutan yang hidup nomaden. Namun, dalam beberapa dekade terakhir mereka mulai menetap di lipu atau desa-desa kecil yang terpencil dari akses jalan utama. Pola hidup pun beralih ke pertanian rotasi, dengan tetap menjaga kedekatan terhadap alam.
Dalam aspek ekonomi, mereka bergantung pada hasil hutan seperti getah damar dan nilam, bahkan sebagian memiliki kilang penyulingan nilam tradisional. Rumah panggung dibangun sebagai adaptasi terhadap lingkungan dan ancaman binatang buas.
Meski demikian, masyarakat adat Tau Taa Wana masih menghadapi tantangan, mulai dari keterbatasan akses pendidikan dan layanan kesehatan hingga konflik tanah akibat program transmigrasi dan konsesi hutan.
Salah satu komentar warganet yang banyak disukai mengutip QS. An-Nashr ayat 1–3 tentang pertolongan Allah dan manusia yang masuk agama Islam secara berbondong-bondong.
“Tak terhitung pahala yang mengalir untuk Koh Dondy,” tulis seorang pengguna.
Hingga kini, video syahadat massal tersebut terus beredar luas dan menjadi perbincangan publik, sekaligus menyoroti perjumpaan antara dakwah, masyarakat adat, dan dinamika perubahan sosial di pedalaman Indonesia.***