
MAKLUMAT — Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menegaskan pentingnya konsistensi dalam menerapkan prinsip kesetaraan gender di berbagai bidang kehidupan. Menjelang peringatan Hari Kartini pada 21 April, ia menilai perjuangan yang telah dilakukan RA Kartini harus terus dilanjutkan secara konkret dan menyeluruh oleh semua pihak.
“Meski sejumlah pihak berupaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dalam kehidupan keseharian kita, tetapi pada praktiknya belum sepenuhnya terwujud. Butuh konsistensi dan komitmen kuat untuk mewujudkan salah satu cita-cita RA Kartini itu,” ujar Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/4/2025).
Menurut Lestari, merujuk pada data dari International Labour Organization (ILO), menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan signifikan antara pekerja laki-laki dengan perempuan di Indonesia, misalnya dalam hal pengupahan.
Ia menyebut, catatan ILO pada tahun 2021 menunjukkan bahwa rata-rata upah pekerja laki-laki mencapai Rp16.815 per jam, sementara perempuan hanya Rp16.576 per jam. Pada 2022, angka tersebut bahkan menurun drastis bagi pekerja perempuan menjadi Rp14.784 per jam, sedangkan yang laki-laki justru naik menjadi Rp16.939. Ketimpangan itu berlanjut pada 2023, dengan laki-laki memperoleh Rp17.074 per jam, sementara pekerja perempuan kembali mengalami penurunan menjadi Rp14.779 per jam.
Lestari berpendapat, angka-angka tersebut telah mempertegas bahwa secara faktual, kesetaraan gender masih belum benar-benar tercapai, bahkan masih sangat jauh. Sebab itu, ia menekankan pentingnya pemahaman nilai-nilai emansipasi yang diperjuangkan RA Kartini.
“Nilai-nilai itu harus menjadi dasar dalam memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan kesamaan hak dalam pendidikan, pekerjaan, dan politik,” tandas perempuan yang juga anggota Komisi X DPR RI itu.
Lebih lanjut, Lestari mendorong para pemangku kebijakan supaya menegaskan komitmen dan melakukan evaluasi terhadap berbagai kebijakan, yang belum mengedepankan prinsip kesetaraan gender.
“Kesenjangan itu mencerminkan bahwa ketika perempuan memilih untuk bekerja, mereka tidak mendapatkan akses yang sama terhadap peluang dan penghargaan finansial,” kata dia.
Lebih dari itu, Lestari menandaskan pentingnya mengakhiri praktik diskriminatif dalam pengupahan pekerja. “Ketika pekerja merasa dihargai dan diperlakukan adil, mereka cenderung lebih termotivasi dan produktif,” tegas politisi Partai NasDem itu.
Menurut Lestari, menghapus kesenjangan pengupahan antara laki-laki dan perempuan bukan hanya soal menegakkan keadilan dalam hal ketenagakerjaan, tetapi juga strategi meningkatkan semangat kerja dan produktivitas nasional secara keseluruhan.