MAKLUMAT – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamen Dikdasmen) RI, Dr. Fajar Riza Ul Haq, mengajak Muhammadiyah Aceh memimpin transformasi pendidikan berbasis teknologi. Dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Aceh yang digelar 16 Juni 2025, Fajar menekankan bahwa penerapan Deep Learning (DL) adalah kebutuhan mendesak, bukan sekadar jargon futuristik.
Dalam forum yang berlangsung di Banda Aceh ini, hadir tokoh pendidikan penting seperti Prof. Apridar dari Dewan Pakar Dikdasmen Muhammadiyah Aceh, Ketua PW Muhammadiyah Aceh Malik, Kadis Pendidikan Aceh Martunis, hingga kepala sekolah dari seluruh Aceh. Fajar tampil memimpin paparan utama, membedah potensi Deep Learning untuk menjawab tantangan pendidikan di era digital.
DL, Solusi untuk Pendidikan yang Adil dan Adaptif
Fajar menyebutkan, Deep Learning — sebagai bagian dari kecerdasan buatan yang meniru cara kerja otak manusia — mampu menjadi jalan keluar atas ketimpangan pendidikan. Ia mengurai empat peran strategis teknologi ini:
- Personalisasi Pembelajaran: DL menganalisis pola belajar tiap siswa dan menyesuaikan materi sesuai kemampuan dan kebutuhannya.
- Deteksi Kesenjangan Dini: Sistem DL mampu mengidentifikasi masalah belajar secara real-time, memungkinkan intervensi cepat.
- Efisiensi Kerja Guru: Otomatisasi koreksi tugas dan esai menghemat separuh waktu kerja guru.
- Konten Lokal dan Imersif: Teknologi DL memungkinkan pembuatan materi adaptif, seperti menggabungkan sejarah Aceh ke dalam pelajaran digital.
“DL bukan hanya soal teknologi, tapi alat untuk keadilan belajar,” tegas Fajar di hadapan para pendidik.
Dari Teori ke Praktik: DL di Sekolah Muhammadiyah
Wamen Fajar mencontohkan penggunaan nyata DL yang sudah terbukti secara global. Ia menyebut platform adaptif seperti Ruangguru dan Zenius mampu menaikkan capaian belajar siswa hingga 20 persen. Teknologi penilaian otomatis yang menggunakan Natural Language Processing seperti BERT juga sudah mendekati akurasi penilai manusia.
Ia juga menyinggung sistem analitik prediktif seperti Course Signals di Amerika yang berhasil menurunkan angka putus sekolah hingga 21 persen. DL bahkan memungkinkan pembuatan soal otomatis, terjemahan kontekstual, hingga tutor virtual yang bisa mengenali emosi siswa.
Tantangan dan Strategi Atasi Hambatan
Fajar tak menutup mata pada tantangan besar dalam implementasi DL. Ia mengidentifikasi empat kendala utama: keterbatasan infrastruktur di daerah terpencil, keamanan data siswa, kesiapan guru, dan beban biaya. Namun, ia juga menyodorkan enam solusi konkret:
- Mulai dari pilot project di sekolah tertentu.
- Latih guru dalam pemanfaatan pedagogi berbasis data.
- Bangun infrastruktur digital di sekolah.
- Gandeng kampus dan perusahaan teknologi lokal.
- Fokus pada pembelajaran, bukan alat semata.
- Libatkan siswa dalam evaluasi implementasi.
Dukungan Kuat dari Pemangku Kepentingan
Ketua Wilayah Muhammadiyah Aceh, Malik, menyatakan kesiapan organisasi untuk mendukung gerakan ini. Ia menegaskan bahwa DL seharusnya menguatkan posisi guru, bukan menggantikannya. “Kami sepakat bahwa sekolah Muhammadiyah harus mandiri secara teknologi, tapi tetap menjadikan guru sebagai pengendali utama sistem pembelajaran,” ucap Malik.
Sementara itu, Kadis Pendidikan Aceh Martunis menyambut baik arah yang dibawa Wamen Dikdasmen. Ia menjanjikan percepatan penguatan infrastruktur digital, terutama di wilayah-wilayah 3T.
Humanisasi Lewat Teknologi
Mengakhiri paparannya, Fajar menegaskan bahwa teknologi harus berfungsi untuk memanusiakan pendidikan. “Deep Learning bukan untuk mengganti guru. Justru ia membebaskan guru dari tugas-tugas repetitif agar bisa fokus pada pembentukan karakter dan nilai-nilai lokal,” ujarnya.
Diskusi penutup Rakorwil berlangsung hangat. Para kepala sekolah menyampaikan antusiasme sekaligus kekhawatiran mereka. Namun satu suara menguat: Muhammadiyah Aceh siap mengawal gerakan pembaruan pendidikan ini.
Rakorwil kali ini menjadi langkah awal kolaborasi antara teknologi dan nilai-nilai humanistik Muhammadiyah. Visi besarnya: melahirkan generasi Aceh yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tapi juga berakhlak dan berdaya saing global.