Site icon Maklumat untuk Umat

Wamen Fajar Riza Ul Haq: Orang Tua Harus Bijak Hadapi Tantangan Pengasuhan Anak di Era Digital

Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq saat menghadiri Muhammadiyah Jogja Expo, Sabtu (13/9/2025). (Foto: Muhammadiyah)

Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq saat menghadiri Muhammadiyah Jogja Expo, Sabtu (13/9/2025). (Foto: Muhammadiyah)

MAKLUMAT — Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Dr Fajar Riza Ul Haq menegaskan pentingnya peran orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan pengasuhan anak (parenting) di era digital.

Hal itu ia sampaikan ketika menjadi pembicara kunci dalam Talkshow Parenting bertajuk “Menjadi Orangtua Cerdas di Era Digital: Bijak Mengasuh Kuat Membimbing di Era Digital” pada rangkaian Muhammadiyah Jogja Expo (MJE), Sabtu (13/9/2025).

“Dulu kita mengenal pepatah Arab al-ummu madrasatul ula seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Sekarang, selain ibu, gawai juga telah menjadi ‘sekolah’ pertama anak-anak. Jika tidak didampingi dengan bijak, gawai bisa menjadi sumber masalah dalam tumbuh kembang anak kita,” ujar Fajar.

Pria yang juga menjabat Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah itu mengungkapkan, riset menunjukkan hampir 33 persen anak usia 0-6 tahun di Indonesia sudah terpapar gawai dengan rata-rata penggunaan mencapai 7 jam 20 menit per hari.

Kondisi ini, lanjutnya, berdampak pada kesehatan mental, gangguan tidur, perubahan pola hidup, hingga masalah fisik seperti kesehatan mata, gigi, dan obesitas.

“Dengan tantangan yang tidak mudah ini, kami di Kemendikdasmen di bawah kepemimpinan Pak Menteri Abdul Mu’ti sedang memperkuat layanan konseling di sekolah dan penguatan peran guru BK. Pendidikan berkualitas tidak akan terwujud jika anak-anak kita mengalami masalah mental akibat pola pengasuhan yang tidak adaptif,” jelasnya.

Authoritative Digital Parenting dan Collaborative Parenting

Lebih lanjut, Fajar menekankan pentingnya authoritative digital parenting alias pola asuh tegas namun penuh kehangatan, serta collaborative parenting yang melibatkan sekolah, orang tua, masyarakat, dan lingkungan sosial.

“Orang tua harus membuat kesepakatan yang jelas dengan anak tentang penggunaan gawai, memberi teladan, menyediakan family time dan mendorong aktivitas fisik serta interaksi teman sebaya. Hal ini kami coba terapkan di rumah dengan anak-anak,” tandas Fajar.

Dalam paparannya, Fajar juga mengajak orang tua menghidupkan kembali kebiasaan bercerita dan mendongeng agar anak tidur lebih cepat, sebagai bagian dari program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan Mendikdasmen Abdul Mu’ti.

“Banyak orang tua kini jarang mendongeng. Padahal, mendongeng bukan sekadar hiburan, tetapi sarana menanamkan nilai-nilai dan mempererat ikatan emosional. Di sisi lain, mendongeng bisa menemani anak agar tidur lebih cepat,” sebutnya.

Menurutnya, menghadapi era digital bukan sekadar soal membatasi gawai, tetapi juga mengubah pola pikir orang tua agar lebih terbuka dan mau belajar.

“Peran orang tua di era digital memang berat. Tetapi dengan kesadaran bersama dan kolaborasi semua pihak, kita bisa menyiapkan generasi yang sehat secara mental, berkarakter, dan berkeadaban,” pungkas pria yang juga pernah menjabat Direktur Eksekutif MAARIF Institute itu.

Exit mobile version