MAKLUMAT – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, menegaskan bahwa literasi Qurani dan pendidikan karakter merupakan fondasi utama dalam menjaga kerukunan bangsa di tengah arus digitalisasi dan disrupsi nilai. Ia mengajak umat Islam untuk menghidupkan kembali semangat belajar dari Al-Qur’an dan Hadis agar tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan makna spiritualnya.
Pesan itu ia sampaikan saat menjadi pembicara kunci dalam seminar bertajuk “Syiar Quran dan Hadis dalam Merawat Kerukunan dan Melestarikan Lingkungan”, salah satu rangkaian kegiatan Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional ke-XXVIII di Kendari, Jumat (16/10/2025).
Dalam paparannya, Fajar mengapresiasi sinergi berbagai pihak yang telah menjadikan STQH bukan sekadar ajang perlombaan membaca dan menghafal Al-Qur’an, tetapi juga ruang perenungan untuk membumikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa.
“Banyak di antara kita yang sejatinya telah lama menjadi penggerak syiar Al-Quran di tengah masyarakat. STQH adalah momentum kebersamaan untuk menghidupkan literasi keislaman yang mencerdaskan dan memperkuat karakter bangsa,” ujar Fajar yang pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis.
Ia menekankan bahwa Al-Quran dan Hadis merupakan sumber moral dan spiritual yang menuntun manusia menuju kebijaksanaan. Dalam penjelasannya, ia mengingatkan bahwa agama tidak hanya berisi perintah dan larangan, tetapi juga petunjuk yang mendorong manusia untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
“Irsyadat itu hakikatnya adalah proses belajar. Seperti Nabi Musa yang diperintahkan Allah untuk berguru kepada Nabi Khidir, kita pun dituntut untuk terus belajar. Inilah makna pendidikan yang sejati,” ungkapnya.
Menurut Fajar, pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai Qurani yang kontekstual tanpa kehilangan kedalaman spiritualnya. Ia menilai pendidikan nasional harus menumbuhkan karakter beriman, berilmu, dan berakhlak mulia, sejalan dengan kebijakan Mendikdasmen Abdul Mu’ti dan mandat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
“Pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tapi pembentukan kepribadian. Itulah proses tarbiyah, proses menumbuhkan manusia yang utuh, beradab, dan peduli terhadap lingkungan serta sesama,” jelasnya.
Fajar juga menyoroti pentingnya menjembatani nilai-nilai keislaman dengan tantangan era digital dan kecerdasan buatan. Ia menilai perkembangan teknologi dapat menjadi sarana positif bila diimbangi dengan nilai moral dan pendampingan dari guru serta orang tua.
“Anak-anak kita sekarang belajar Al-Quran melalui YouTube, mencari tafsir lewat media sosial, dan bahkan menggunakan AI untuk memahami ayat. Semua ini positif, asalkan didampingi dengan nilai-nilai moral dan bimbingan guru serta orang tua,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa literasi Qurani di ruang digital perlu dikembangkan agar pesan-pesan Ilahi tidak berhenti sebagai tontonan, tetapi menjadi tuntunan dalam kehidupan sehari-hari.
“Yang usang bukanlah Al-Quran, tapi cara pandang kita terhadapnya. Al-Quran akan selalu relevan asalkan kita mau terus belajar dan memaknainya dengan akal dan hati yang terbuka,” ujarnya.
Dalam konteks sosial dan lingkungan, Fajar menilai bahwa kerukunan antarumat dan kepedulian terhadap bumi adalah wujud nyata dari keimanan yang hidup.
“Islam adalah agama yang pro-kehidupan. Apa yang kita ambil dari bumi, harus kita kembalikan kepada bumi. Kalau menebang satu pohon, maka tanamlah seribu pohon. Itulah makna menjadi khalifah di muka bumi,” katanya disambut tepuk tangan peserta.
Ia menegaskan bahwa kerukunan antarumat beragama merupakan syarat mutlak bagi kemajuan bangsa. “Kerukunan bukan sekadar slogan, tapi jalan panjang menuju peradaban. Mari kita rawat negeri ini sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” tegasnya.
Menutup paparannya, Fajar menyinggung peran Indonesia sebagai bangsa berpenduduk Muslim terbesar di dunia dalam mendorong perdamaian global.
“Kita bersyukur, Bapak Presiden Prabowo Subianto yang hari ini berulang tahun ke-74, termasuk salah satu pemimpin dunia yang mendukung perdamaian di Gaza. Sikap ini sejalan dengan nilai Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Mari kita doakan Bapak Presiden Prabowo selalu diberi kesehatan dan kemudahan dalam mengemban amanah besar ini dan terus berkontribusi untuk perdamaian,” tutup Fajar.