
MAKLUMAT – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) RI, Prof Dr Fauzan MPd, menegaskan pentingnya evolusi diri, baik secara individu maupun institusional, dalam menghadapi tantangan kehidupan masa kini.
“Kehidupan ini tidak cukup kita lalui dengan cara yang biasa-biasa saja. Saudara-Saudara dilahirkan oleh almamater (yang) prestise dengan kewibawaan akademik dan sosial yang besar. Ini harus tecermin pada Saudara,” ujarnya saat memberikan sambutan pada Wisuda ke-74 Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Sabtu (12/4/2025).
Ia mengingatkan bahwa gelar akademik bukanlah titik akhir, melainkan gerbang awal dari proses belajar yang sesungguhnya dalam kehidupan nyata. Menurut dia, ilmu yang diperoleh harus bisa menjadi alat transformasi, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya..
“Setiap orang memiliki energi dan potensi yang bisa dimaksimalkan. Mereka yang tidak bisa memaksimalkan energi, itulah yang disebut pola pikir ‘minimized‘,” terang Fauzan.
Lebih lanjut, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengajak para lulusan untuk keluar dari jebakan pola pikir sempit, dengan keberanian mengambil langkah nyata. Ia menandaskan bahwa hanya dengan cara itulah seseorang bisa unggul dalam bidangnya masing-masing.
Menggunakan analogi metamorfosis, Fauzan menggambarkan perjalanan hidup sebagai proses menjadi kupu-kupu. “Ketika anda bertekad untuk mengembangkan diri, inilah proses menjadi kepompong. Ketika anda berhasil melakukan pekerjaan anda dengan baik, barulah Anda menjadi kupu-kupu, menjadi orang yang dicari,” katanya.
Tak hanya itu, Fauzan juga menyoroti pentingnya reformasi institusional di dunia pendidikan tinggi. Ia menyebut banyak Perguruan Tinggi (PT) yang masih berada dalam fase ‘mengejar ketertinggalan’ dan belum mampu memanfaatkan peluang serta potensi secara maksimal untuk mencapai keberhasilan.
“Evolusi pendidikan harus terjadi secara institusional. Posisi perguruan tinggi kita masih berada di fase mengejar ketertinggalan, belum memanfaatkan keberhasilan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan soal program Kampus Berdampak yang tengah digagas Kemdiktisaintek, sebagai respon terhadap situasi tersebut. Potensi kampus seperti riset, kompetensi dosen, serta Tridarma Perguruan Tinggi harus benar-benar dimaksimalkan untuk menjawab tantangan masyarakat.
“Kehadiran kampus merupakan bagian dari masyarakat dan dunia sosial pada umumnya. Dunia kampus diperlukan oleh masyarakat, dan kampus juga harus berprinsip memerlukan dan memahami masyarakat,” tandasnya.
Lebih jauh, ia menandaskan pentingnya sinergi antara dunia akademik (Perguruan Tinggi) dan masyarakat. Menurutnya, kampus harus mampu mengambil peran sebagai problem solver atas permasalahan dan realitas sosial yang ada.
“Sinergitas sosiologis dan akademis ini diharapkan dapat dicapai sebagai motor penggerak dalam saintifikasi pembangunan nasional,” pungkas Fauzan.