23.5 C
Malang
Kamis, November 21, 2024
KilasWHO: 28 Petugas Kesehatan Tewas dalam 24 Jam Terakhir di Lebanon

WHO: 28 Petugas Kesehatan Tewas dalam 24 Jam Terakhir di Lebanon

Petugas WHO
Asap membubung di atas pinggiran selatan Beirut dan sekitarnya setelah serangan udara Israel, seperti yang terlihat dari Sin El Fil, Lebanon pada 3 Oktober 2024. Foto:Tangkapan Layar Arab News

MAKLUMAT – Serangan Israel ke Lebanon membawa dampak serius pada petugas kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sebanyak 28 petugas kesehatan kehilangan nyawa dalam kurun waktu 24 jam terakhir di wilayah tersebut.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Kamis (4/10/2024), banyak petugas kesehatan terpaksa melarikan diri dari wilayah kerja mereka akibat serangan bom yang terjadi secara terus-menerus.

“Situasi ini sangat mempengaruhi kemampuan kami dalam menangani kasus-kasus trauma massal dan mengganggu keberlanjutan layanan kesehatan yang tersedia,” ungkap Tedros dalam taklimat pers di Jenewa dilansir Xinhua.

Tedros menambahkan bahwa WHO saat ini tidak dapat mengirimkan pasokan medis dalam jumlah besar ke Lebanon pada hari Jumat karena adanya pembatasan penerbangan. Di sisi lain, Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abiad, juga menyampaikan bahwa lebih dari 1.974 orang telah meninggal dunia sejak konflik Hizbullah dan Israel kembali memanas pada Oktober tahun lalu.

Korban jiwa tersebut termasuk 127 anak-anak dan 261 perempuan. Menurut laporan terbaru, sejumlah rumah sakit telah menjadi sasaran serangan langsung, memperburuk situasi layanan kesehatan yang sudah tertekan.

Bantuan Uni Eropa

Merespons situasi kritis ini, Uni Eropa mengumumkan bantuan sebesar 30 juta euro (sekitar Rp 500 miliar) sebagai tambahan dari 10 juta euro yang sebelumnya diumumkan pada Minggu. Bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban Lebanon yang saat ini tengah berjuang menghadapi krisis kesehatan akibat konflik yang berlangsung.

Sementara itu, di Beirut, serangan udara Israel menghantam sebuah apartemen dan menewaskan sembilan orang, seperti yang dilaporkan Arab News. Serangan tersebut menghantam area strategis di pusat kota yang dekat dengan markas besar PBB, kantor perdana menteri, dan parlemen Lebanon.

Sumber kementerian kesehatan Lebanon menyebut tujuh anggota Hizbullah turut menjadi korban tewas dalam serangan ini. Serangan Israel kali ini dikabarkan menargetkan Hashem Safieddine, pejabat senior Hizbullah yang dianggap sebagai penerus Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah. Namun, Reuters belum bisa mengonfirmasi informasi tersebut.

Eskalasi di Perbatasan Lebanon dan Gaza

Pertempuran antara Israel dan Hizbullah terus meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon. Sejak Hizbullah meluncurkan roket ke Israel pada 8 Oktober 2023, sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas, Israel membalas dengan serangan udara dan darat.

Di Gaza, situasi tak kalah genting, di mana serangan Israel menewaskan puluhan warga sipil, termasuk anak-anak. Militer Israel melaporkan sembilan tentaranya tewas dalam bentrokan di Lebanon selatan. Sedangkan lebih dari 41.000 warga Palestina tewas di Gaza, mayoritas dari mereka perempuan dan anak-anak.

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, memperingatkan bahwa Iran siap merespons dengan tegas jika Israel melakukan serangan yang dianggap melampaui batas.

Dalam pernyataan di Doha, Pezeshkian menyebut bahwa setiap serangan militer terhadap Iran akan mendapat balasan keras dari angkatan bersenjata Iran.

Di sisi lain, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani menyerukan upaya serius untuk mengakhiri kekerasan. Dia  mendesak gencatan senjata segera demi menghentikan apa yang disebutnya sebagai agresi Israel.

Ribuan Warga Mengunsi di Klub Malam

Di Beirut, situasi pengungsian semakin memburuk. Lebih dari 300 warga Lebanon kini mengungsi di sebuah klub malam yang sebelumnya dikenal sebagai lokasi pesta mewah.

Gaelle Irani, yang sebelumnya bertugas sebagai penanggung jawab hubungan tamu di klub tersebut, kini membantu mencatat para pengungsi yang datang.

“Tempat ini dulu penuh dengan kebahagiaan, tetapi sekarang kami gunakan untuk menampung mereka yang kehilangan tempat tinggal,” ujar Irani. “Kami melakukan apa yang kami bisa untuk membantu dan bertahan bersama mereka.”

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer