MAKLUMAT — Majelis Nasional Vietnam resmi memperpanjang kebijakan pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 8 persen hingga akhir Juni 2025. Keputusan ini disahkan melalui resolusi yang diumumkan pada Sabtu (9/12/2024) lalu.
Pengurangan PPN di Vietnam berlaku untuk sebagian besar barang dan jasa. Namun, sejumlah sektor strategis, seperti real estat, sekuritas, perbankan, telekomunikasi, teknologi informasi, batu bara, bahan kimia, serta produk dan jasa yang dikenakan pajak konsumsi khusus, dikecualikan dari kebijakan tersebut.
Stimulus Ekonomi
Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong konsumsi dan mendukung aktivitas produksi serta bisnis di tengah perlambatan ekonomi global. Dengan menurunkan biaya barang dan jasa, daya beli masyarakat diharapkan meningkat, demikian menurut Đinh Trọng Thịnh, seorang pakar ekonomi yang dikutip dari Vietnam News, Jumat (13/12).
Namun, dampaknya terhadap anggaran negara tidak kecil. Kementerian Keuangan Vietnam memproyeksikan pengurangan PPN ini akan menyebabkan penurunan pendapatan negara sebesar VNĐ26,1 triliun (sekitar USD 1,028 miliar) pada paruh pertama 2025. Meskipun demikian, kebijakan ini diyakini dapat memberikan efek positif jangka panjang dengan meningkatkan aktivitas ekonomi dan konsumsi masyarakat.
Dampak Pandemi COVID-19
Pengurangan PPN telah menjadi salah satu instrumen andalan Vietnam dalam merespons dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19. Sejak diterapkan pada 2022, kebijakan ini terbukti efektif mendorong pemulihan ekonomi.
Pada 2022, pengurangan PPN berhasil menambah konsumsi domestik dengan nilai total hingga VNĐ51,4 triliun. Dampaknya, penjualan barang dan jasa ritel meningkat hingga 19,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada paruh kedua 2023, kebijakan serupa juga berdampak positif dengan total nilai pengurangan mencapai VNĐ23,4 triliun. Penjualan ritel barang dan jasa tumbuh sebesar 9,6 persen dibandingkan tahun 2022.
Untuk tahun 2024, pengurangan PPN diperkirakan menelan biaya hingga VNĐ49 triliun. Kebijakan ini diharapkan terus memberikan dorongan signifikan bagi sektor konsumsi dan produksi, terutama di tengah tantangan ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih.