7 Siswa SLB Sabet Medali Perak di Ajang Internasional Tata Boga

7 Siswa SLB Sabet Medali Perak di Ajang Internasional Tata Boga

MAKLUMAT – Delapan siswa berkebutuhan khusus dari berbagai SLB di Indonesia sukses mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Mereka menyabet total tujuh medali perak, satu perunggu, dan satu penghargaan khusus dalam ajang The 14th Salon Culinaire 2025 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo), 22–25 Juli 2025.

Ajang bergengsi tingkat dunia ini diikuti oleh chef profesional, siswa perhotelan, hingga pelaku industri kuliner dari berbagai negara. Namun, delapan siswa dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Indonesia mampu unjuk gigi di bidang tata boga—membuat dan menghias kue dengan kreativitas tinggi dalam waktu dua jam.

Tujuh medali perak masing-masing diraih oleh:

Mawaddah Warahmah (SLB Negeri Kandangan, Kalsel)

Desta Fais Kurniawandari (SLB Harmoni, Sidoarjo)

Rizki Ramadan (SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Jambi)

Roainun (SLB Negeri Pangeran Cakrabuana, Cirebon)

Faracya Kaila (SLB Negeri Pembina, Palembang)

Hepi Vania Zendrato (SLB Negeri 1 Padang)

I Made Ardika (SLB Negeri 1 Badung, Bali)

Sementara itu, medali perunggu diraih oleh Diandra Ratih Livya dari SLB Negeri 1 Bantul, DIY. Mawaddah Warahmah bahkan menyabet penghargaan The Highest Score untuk kategori Class 01 Fondant Cake Figures.

“Selamat untuk adik-adik semua. Prestasi ini jadi bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi,” ujar Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikdasmen, Maria Veronica Irene Herdjiono, Jumat (25/7).

Irene juga memberi apresiasi tinggi kepada para pembina dan guru pendamping yang telah mendampingi siswa selama masa pembinaan dan kompetisi. “Terima kasih atas bimbingan dan kerja kerasnya. Prestasi ini akan dicatat di Sistem Informasi Manajemen Talenta (SIMT) sebagai bagian dari data talenta nasional,” tambahnya.

Baca Juga  Ratusan Guru Ikuti TPN XII di Banyuwangi, Bupati Ipuk Serukan Penguatan Pendidikan Berbasis Lingkungan

Sebelum berlaga, para peserta menjalani tiga tahap pembinaan intensif yang digelar oleh Puspresnas. Koordinator pembina, Ucu Sawitri, mengaku bangga dengan kerja keras para siswa. “Mereka bersaing dengan chef profesional dan siswa perhotelan. Ini bukan kompetisi biasa. Anak-anak kita luar biasa,” katanya.

Kisah perjuangan para siswa ini pun mengundang haru. Mawaddah, misalnya, harus menempuh perjalanan empat jam ke bandara. Ia berasal dari keluarga sederhana—ayahnya buruh serabutan, ibunya buruh tani. “Saya bangga bisa juara. Teman-teman lain juga pasti bisa,” ujar Mawaddah sambil tersenyum.

Cerita serupa datang dari Rizki Ramadan. Ia tinggal di asrama karena jarak rumah dan sekolahnya memakan waktu tempuh empat jam. “Alhamdulillah, berkat dukungan pembina dan Puspresnas, Rizki bisa sejauh ini,” kata Gustira Mayasari, guru pendamping Rizki.

Dunia tata boga kini tak lagi jadi panggung bagi kalangan tertentu. Para siswa SLB Indonesia telah membuktikan bahwa semangat, kerja keras, dan kreativitas bisa menembus batas apapun.

 

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *