WARGA Muhammadiyah jangan hanya berkumpul dan berkerumun dalam politik, tetapi harus mau dan mampu berserikat. Itu disampaikan Prof Dr Zainuddin Maliki, anggota DPR RI, dalam acara Regional Meeting LHKP se-Jawa di Malang (17/5).
Menurut dia, ada dua tipe warga Muhammadiyah dalam memandang politik praktis. ”Pertama, kelompok yang memandang politik itu penting dan harus diusahakan. Kedua, kelompok yang memandang politik itu tidak penting dan jangan pernah mendekatinya,” ujar mantan rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut.
Dia menambahkan, selama ini warga Muhammadiyah yang jumlahnya sangat besar, kompak, solid dan mampu untuk berserikat dalam berbagai bidang. Namun, ketika menyentuh politik, warga Muhammadiyah sekadar berkumpul dan berkerumun.
”Warga Muhammadiyah itu sangat solid dan berserikat di berbagai bidang, pendidikan, kebencanaan, zakat, hal-hal filantropis. Tapi, kalau urusan politik ternyata cuma berkerumun, lalu membuka lapaknya masing-masing, tidak berserikat, tidak kompak,” ujarnya.
Politisi PAN tersebut menceritakan, bahwa Muhammadiyah punya banyak pengalaman pahit dalam dunia politik maupun kebijakan publik. Dia mengatakan, seringkali Muhammadiyah tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk bisa mempengaruhi kebijakan publik dan politik, sebagai imbas dari kurang kompaknya warga Muhammadiyah dalam politik.
”Beragam pengalaman pahit di politik itu, nyatanya belum mendapatkan perhatian serius,” kata Zainuddin.
Dia lantas mengajak LHKP PP Muhammadiyah untuk bisa memformulasikan arah dan tujuan Muhammadiyah, serta strategi dalam politik kebangsaan dan kebijakan publik, segaligus dalam rangka menyolidkan warga Muhammadiyah.
”Tentu warga Muhammadiyah harus bisa berserikat, bukan hanya berkerumun. Sehingga diaspora di sektor tersebut di tercapai dan kader-kadernya mampu membawa kemaslahatan dalam politik kebangsaan dan kebijakan publik,” jelasnya. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto