MAKLUMAT — Kita telah ikuti serangkaian kampanye, dan debat Pilkada Kota Batu 2024, hingga pada akhirnya pilihan harus ditentukan pada 27 November 2024.
Masing-masing calon wali kota batu dan wakilnya telah berlomba-lomba menarik simpati publik. Mereka memberikan gambaran-gambaran mendatang yang menjadi harapan bersama masyarakat secara luas.
Tentu dari sekian waktu hingga saat ini, masyarakat telah mengetahui seluk beluk dan gelagat dari setiap pasangan calon (paslon) wali kota dan wakilnya.
Yang perlu kita pahami dan harus disadari bahwa menentukan pilihan bukan hanya terletak pada visi misi atau bahkan citra dari paslon. Lebih dari itu adalah biarkan akal dan hati nurani yang kita miliki, itu yang menentukan.
Siapa pun yang terpilih kita tak akan tahu sebenar-benar niatnya. Permasalahan dan tantangan sudah tentu akan silih berganti bahkan mungkin akan tetap stuck pada area-area sebelumnya.
120-160 ton sampah yang belum terkelola dengan baik. Masih ada 3,06% angka kemiskinan. 1.395 anak putus sekolah yang tersebar di tiga kecamatan. 1.259 balita masih mengalami stunting.
Belum lagi predikat ‘Batu Kota Ramah Anak’ yang mesti harus dibuktikan dengan tidak adanya lagi berita tentang bullying yang berujung pada gangguan mental hingga kematian dan banyak lainnya.
Semua akan terjawab dengan bagaimana para pemimpin menggunakan formula dan strateginya untuk melaksanakan janji-janji yang telah disampaikan pada masa kampanye.
Kedewasaan dan kecerdasan berfikir, profesionalisme dan kapasitas dalam mengelola wilayah, akan diuji di hadapan 221.000-an masyarakat Kota Batu.
Kemampuan menjalin komunikasi hingga bagaimana mereka nanti menanamkan pengaruh baik pada masyarakat, itu yang akan menuntun pada perubahan yang lebih positif dan berdampak.
Keterampilan pengambilan keputusan yang tepat tanpa melupakan permasalahan terdahulu untuk menata masa depan sudah seharusnya menjadi landasan penting dalam pengambilan kebijakan.
Dengan demikian esensi daripada kepemimpinan tidak akan hilang dari etika dan budaya pada wilayah yang dipimpinnya. Pada kesimpulannya, semua harus berkesinambungan dan jelas untuk mewujudkan good governace, dan menciptakan dinamika sosial yang sehat.
Keterlibatan kita sebagai masyarakat semua juga menentukan arah kebijakan yang akan digunakan para pemimpin untuk mengatasi berbagai masalah.
Keterlibatan kita untuk mengawal kebijakan adalah bentuk etika dan kepedulian sebagai masyarakat yang kompak.
Jika suatu saat ada penyimpangan kebijakan kemudian kita protes tanpa ada keterlibatan sebagai masyarakat untuk mengawal ini semua, rasanya tidak etis saja.
Untuk mengawal suatu kebijakan tidak melulu dengan jalan kritik yang umumnya kita alami. Namun diperlukan kesadaran kritis dalam melihat suatu permasalahan dan kondisi yang kemudian diwujudkan dengan perilaku yang bermoral.
Membuang sampah pada tempatnya, dengan memilah terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan tumpukan sampah berlebih saat dibuang ke TPA, misalnya. Atau mengontrol perilaku agresif kepada sesama sehingga empati yang dalam diri kita akan ikut menghentikan kasus bullying, misalnya.
Selain daripada itu, Kota Batu yang kita pijak saat ini adalah anugerah indah dari Tuhan YME. Menjaga spirit perjuangan para pendahulu yang mendirikan Kota ini bukan hal yang mudah.
Hingga usianya 23 tahun kini, Kota Batu telah mengalami fluktuasi kondisi baik dari sisi pemerintahnya, masyarakatnya, budayanya, infrastruktur pembangunannya dan banyak sektor lainnya.
Penting lagi adalah bahwa Kota Batu adalah salah satu bagian wilayah dari banyaknya wilayah di Indonesia yang tenang dan damai dengan heterogenitas kehidupan sosialnya.
Kota ini ada bukan untuk segelintir orang atau kelompok, dan itu adalah alasan dasar yang melandasi kita untuk terus terlibat memelihara Kota ini.
Budaya masyarakat gotong royong dan tolong menolong adalah jati diri dari Kota Batu. Pemimpin yang merawat kebaikan, membebaskan rakyatnya dari penderitaan dan kerentanan hingga menciptakan stabilitas sosial, politik, ekonomi dan keamanan adalah harapan bagi semua.
Menciptakan iklim damai dalam perbedaan pilihan adalah wujud kekuatan suatu wilayah dan sumber daya manusia yang berakal budi.
Agaknya dalam menentukan keberpihakan di konteks Pilkada Kota Batu 2024 ini kita dapat menggunakan kaidah pada Q.S An-Nisa Ayat 59 yang bunyi terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Perlu kita ingat selalu bahwa keberpihakan kita pada suatu hal harus ada alasannya dan harus tau risikonya. Jika suatu hari nanti apa yang kita harapkan tidak sesuai, maka sepatutnya kita dapat mengelola emosi dengan baik, dan bukan dalam keadaan emosi sesaat. Semua butuh waktu terhadap penerimaan kita pada hal-hal yang tidak sesuai dan tidak diharapkan.
Hidup ini harus berlanjut selama napas masih terhela dan nadi masih berdetak. Wong Mbatu (Orang Batu)!!! tetaplah rasional pada pilihan kita dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Jangan sampai berujung pada keadaan yang berbahaya dan membuat kehancuran.
*) anggota Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Muhammadiyah Kota Batu