22.4 C
Malang
Senin, Februari 24, 2025
KilasMusim Hujan, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada DBD

Musim Hujan, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada DBD

Nyamuk aedes aegypti penyebab DBD. (Foto: Halodoc)
Nyamuk aedes aegypti penyebab DBD. (Foto: Halodoc)

MAKLUMAT – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di musim hujan. Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menyebut penyakit itu masih menjadi ancaman kesehatan yang signifikan bagi masyarakat Indonesia.

“Dengue tetap menjadi ancaman kesehatan yang nyata bagi masyarakat Indonesia, mengungkapkan bahwa kasus dengue terjadi sepanjang tahun dan cenderung meningkat pada musim hujan,” kata Ina dalam acara “Langkah Bersama Cegah DBD” di Jakarta, Sabtu (15/2/2025).

Menurut data Kemenkes, sejak awal Januari hingga 3 Februari 2025, tercatat 6.050 kasus DBD dengan 28 kematian yang tersebar di 235 kabupaten/kota di 23 provinsi. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga mengganggu produktivitas masyarakat serta membebani sistem layanan kesehatan.

Upaya Pemerintah dalam Pengendalian DBD

Untuk mengendalikan penyebaran dengue, pemerintah telah menerapkan berbagai strategi, termasuk program pengendalian vektor, Gerakan 3M Plus, serta Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang terus diperkuat dengan edukasi berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 yang menekankan pentingnya sinergi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan masyarakat guna memperluas jangkauan edukasi serta pencegahan.

“Upaya ini perlu didukung oleh peran aktif masyarakat, salah satunya dengan menerapkan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, dan mencegah gigitan nyamuk,” ujar Ina.

Pemerintah juga mengadopsi strategi berbasis inovasi, seperti implementasi nyamuk ber-Wolbachia di beberapa daerah, termasuk Yogyakarta, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang. Selain itu, vaksinasi juga menjadi langkah perlindungan tambahan yang mulai diterapkan.

DBD Ancam Anak-anak dan Remaja

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Anak, I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, menyoroti tingginya kasus dengue pada anak-anak dan remaja. Data menunjukkan bahwa 47 persen kasus DBD terjadi pada kelompok usia ini, dengan tingkat kematian tertinggi pada anak usia 5-14 tahun (45 persen) dan anak usia 1-4 tahun (21 persen).

“Pencegahan menjadi kunci utama, dan vaksinasi dapat menjadi langkah perlindungan tambahan,” ujar Ayu.

Ia menjelaskan bahwa dengue pada anak sering kali diawali dengan gejala demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot, bintik merah di kulit, muntah, dan sakit perut. Jika tidak ditangani dengan cepat, kondisi ini dapat berkembang menjadi syok dengue yang berisiko fatal.

Namun, ia menambahkan bahwa vaksinasi dengue saat ini belum tercakup dalam program BPJS, melainkan dalam Program Imunisasi Nasional yang menargetkan anak-anak.

“Untuk itu, langkah pencegahan dini sangat penting, dan masyarakat diimbau untuk tidak menunggu hingga terlambat dalam menangani penyakit ini,” tegas Ayu Nyoman.

Kemenkes mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mencegah penyebaran DBD dengan menerapkan pola hidup bersih, aktif dalam program pengendalian nyamuk, serta segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala DBD.

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer