
MAKLUMAT – Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama (Kemenag), Abu Rokhmad mengajak lembaga penyiaran untuk menyajikan program siaran agama yang selaras dengan Deklarasi Istiqlal selama Ramadan 1446 H/2025 M. Di antara pesan Deklarasi Istiqlal adalah mengedepankan nilai-nilai toleransi, kemanusiaan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Ramadan adalah bulan kedamaian. Karena itu, media harus menyiarkan konten yang memberikan ketenangan kepada umat,” ujar Abu, dikutip dari laman resmi Kemenag RI, Sabtu (15/2/2025).
Ia menegaskan, Kemenag melakukan kerja sama dengan media penyiaran untuk memastikan siaran agama disampaikan oleh ulama dan narasumber yang berkompeten, sehingga pesan dakwah dapat tersampaikan secara damai dan inklusif.
Perkuat Toleransi dan Kesadaran Lingkungan
Abu menekankan bahwa siaran agama selama Ramadan harus sejalan dengan semangat Deklarasi Istiqlal, yakni menolak segala bentuk dehumanisasi, serta mengedepankan empati, kasih sayang, dan penghormatan terhadap sesama tanpa memandang latar belakang sosial dan budaya.
“Siaran agama juga harus mendorong sikap empati, kasih sayang, serta penghormatan terhadap sesama, tanpa memandang latar belakang sosial dan budaya,” tambahnya.
Selain itu, ia mengungkapkan pentingnya isu lingkungan dalam dakwah Ramadan. Menurutnya, Islam mengajarkan bahwa alam adalah amanah yang harus dijaga, sehingga siaran agama diharapkan mengajak masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan.
“Islam menempatkan alam sebagai amanah yang harus dijaga. Siaran agama di bulan Ramadan juga menekankan kesadaran ekologis, mengajak masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan, serta menjaga kebersihan dan kelestarian alam sebagai bagian dari ibadah,” jelasnya.
Bangun Persatuan dan Inspirasi Sosial
Menurut Abu, media memiliki tanggung jawab besar dalam membangun harmoni sosial melalui siaran agama, terutama selama Ramadan yang merupakan momentum untuk mempererat persaudaraan dan persatuan.
“Ramadan, bulan persaudaraan dan persatuan, harus dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antarumat beragama, membangun toleransi, serta mencegah munculnya ujaran kebencian yang dapat mengganggu kerukunan masyarakat,” tegasnya.
Selain menyiarkan ceramah agama, media juga diharapkan menyajikan kisah-kisah inspiratif tentang gotong royong, kepedulian sosial, dan semangat berbagi.
“Media tidak hanya sekadar menyajikan ceramah agama, tetapi juga harus menghadirkan inspirasi melalui kisah nyata yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial yang membawa manfaat bagi sesama,” jelas Abu.
Dakwah Berkemajuan
Guru Besar UIN Walisongo Semarang itu berharap, kemajuan teknologi dapat menjadi alat untuk memperluas pemahaman umat terhadap ajaran Islam, bukan malah menghambat dakwah.
“Saya yakin bahwa dengan diskusi dan pertukaran gagasan dalam forum ini, kita dapat merumuskan langkah-langkah strategis yang mampu meningkatkan kualitas siaran agama di media. Dengan kerja sama yang solid dan komitmen yang kuat, kita dapat mewujudkan siaran agama yang berkualitas, inspiratif, dan mampu menjawab tantangan zaman,” tandasnya.
Sebelumnya, Kemenag RI telah menggelar acara bertajuk ‘Temu Penanggung Jawab Program Siaran Agama Islam di Media’, di Wisma Kemenag, Jakarta, Kamis (13/2/2025) lalu.
Acara tersebut dihadiri oleh Komisioner KPI Pusat Periode 2022-2025, Mimah Susanti, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, serta Kasubdit Seni, Budaya, dan Siaran Keagamaan Islam, Wida Sukmawati.
Hadir pula perwakilan dari berbagai stasiun radio dan televisi nasional, seperti RRI, Radio Elshinta, Radio Sonora, Jak FM, Prambors Radio, Gen FM, TV One, Trans TV, RCTI, SCTV, Indosiar, MNC TV, ANTV, MD TV, Metro TV, TVRI, iNews TV, GTV, TV MU, TV NU, Aswaja TV, CNN Indonesia, Trans 7, Jak TV, Kompas TV, RTV, Moji TV, dan Republika TV, hingga Republika TV.