KONTESTASI Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 semakin dekat. Sejauh ini terdapat tiga bakal calon Presiden (Bacapres) yang menguat, yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto. Meski pendaftaran resmi Capres -Cawapres belum dibuka oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Hingga kini, di antara ketiga Bacapres tersebut belum ada satu pun yang telah memastikan akan berpasangan dengan siapa. Ketiga Bacapres belum memiliki bakal calon Wakil Presiden (Bacawapres).
Menurut pengamat politik dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Agus Machfud Fauzi, sejauh ini ketiganya beserta para partai politik (parpol) pengusungnya masih menimbang-nimbang kemungkinan Bacawapres yang akan digandeng. Termasuk dari kalangan para menteri yang saat ini menjabat di pemerintahan Presiden Jokowi.
Beberapa nama menteri masuk radar sebagai Bacawapres dalam Pemilu 2024. Mulai dari Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menko Polhukam Mahfud MD, hingga Menko PMK Muhadjir Effendy.
“Nama-nama tersebut berpotensi untuk menjadi bakal Cawapres di Pemilu 2024,” ujar Agus kepada Maklumat.id.
Agus menjelaskan, meski di antara semua nama menteri yang masuk ke dalam bursa Bacawapres tersebut belum ada yang mendeklarasikan diri, namun mereka memiliki modal yang cukup kuat. Sehingga berpotensi untuk dipasangkan dengan para bacapres yang sudah muncul ke permukaan.
“Sebab mereka semua mempunyai modal sosial yang cukup dan bahkan sebagian di antaranya juga punya modal kapital yang mumpuni. Tiga Bakal Capres yang ada, partai politik dan gabungan parpol masih mengkalkulasi mana nama yang bisa membantu elektoral di Pemilu 2024 jika mengusungnya,” papar Agus.
Lebih lanjut, dosen UNESA itu ikut berkomentar terkait peluang Muhadjir Effendy untuk diusung sebagai Bacawapres. Menurut dia, modal sosial yang dimiliki oleh Muhadjir sangat cukup untuk menjadi bacawapres, terlebih dia juga adalah salah satu tokoh dan pimpinan Muhammadiyah, dengan track record yang panjang dan mumpuni.
“Tetapi mereka (para Bacapres dan parpol pengusung) kan juga berharap ada modal kapital yang bisa juga menambah power untuk proses Pemilu,” ungkap Agus.
Selain itu, menurut Agus, modal sosial dengan basis pemilih warga Muhammadiyah saja dirasa belum cukup. “Prof Muhadjir juga perlu berinteraksi dengan warga non-Muhammadiyah sampai ada dukungan atau support pemilih non-Muhammadiyah,” tandasnya.(*)
Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto