Bahaya Microsleep: Sekejap Tertidur Bisa Renggut Nyawa di Jalan

Bahaya Microsleep: Sekejap Tertidur Bisa Renggut Nyawa di Jalan

MAKLUMAT — Kematian mendadak saat berkendara menjadi ancaman nyata yang kerap luput dari perhatian, yang salah satunya dipicu oleh kondisi microsleep, yakni tertidur dalam waktu yang sangat singkat tanpa disadari, sering kali hanya berlangsung beberapa detik.

Ketua Divisi Penelitian Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, dr Tjatur Prijambodo MKes, menjelaskan microsleep merupakan kondisi yang sangat berbahaya, terutama jika terjadi saat mengemudi.

“Microsleep adalah kondisi di mana seseorang tertidur secara tiba-tiba dan sangat singkat (sekitar 1 hingga 30 detik), meskipun matanya mungkin masih terbuka. Hal ini sangat berbahaya jika terjadi saat mengemudi karena otak berhenti memproses informasi dari lingkungan sekitarnya,” ujar dr Tjatur kepada Maklumat.ID, Sabtu (21/06/2025).

Penyebab Utama Microsleep

dr. Tjatur Prijambodo, M.Kes. (Foto: Aan/ IST)
dr. Tjatur Prijambodo, M.Kes. (Foto: Aan/ IST)

Ia menjelaskan ada beberapa penyebab utama microsleep saat berkendara. Pertama adalah kurang tidur, di mana tubuh yang tidak memperoleh waktu istirahat yang cukup akan mengalami kelelahan ekstrem. Kedua, aktivitas berlebihan tanpa jeda juga bisa memicu kantuk berat, terutama dalam perjalanan jauh.

Perjalanan yang monoton, seperti di jalan tol yang lurus, panjang, dan sepi, juga membuat otak jenuh sehingga risiko tertidur sesaat meningkat. Waktu berkendara yang tidak ideal, seperti tengah malam atau dini hari, juga sangat berisiko karena tubuh secara alami berada dalam kondisi mengantuk.

Baca Juga  Waspada Anemia saat Hamil, Ini Makanan Bisa Cegah Kurang Darah

Dampak Fatal Microsleep

Menurut dr Tjatur, microsleep bisa berdampak fatal karena pengemudi kehilangan kendali dalam hitungan detik. “Saat microsleep, pengemudi tidak sadar dan bisa keluar jalur atau menabrak kendaraan lain. Bahkan ketika tersadar, pengemudi sering tidak punya cukup waktu untuk mengerem atau menghindar,” jelasnya.

Tak hanya kehilangan kendali, kondisi ini juga membuat fungsi otak menurun drastis. Reaksi menjadi lambat dan kemampuan memproses situasi di jalan menjadi sangat terbatas.

Bagaimana Mencegahnya?

Untuk mencegah terjadinya microsleep, dr Tjatur menyarankan agar pengemudi memastikan tidur cukup minimal 7–8 jam sebelum melakukan perjalanan, terutama jika berkendara jauh atau pada malam hari. Ia juga menganjurkan agar pengemudi mengambil istirahat secara teratur setiap dua hingga tiga jam untuk sekadar berjalan, melakukan peregangan, atau tidur sejenak.

Selain itu, teknologi bantuan mengemudi seperti sistem peringatan kantuk atau peringatan keluar jalur dapat menjadi alat bantu penting. Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada teknologi yang bisa menggantikan pentingnya kesiapan fisik dan kesadaran diri.

“Hindari mengemudi pada jam-jam tidur alami tubuh. Jika mengantuk, berhenti dan istirahat. Jangan paksakan mengemudi dalam kondisi lelah karena risikonya bisa fatal,” pungkasnya.

Microsleep memang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Namun, dalam hitungan detik itulah nyawa bisa melayang. Kesadaran akan bahaya ini menjadi penting, tidak hanya bagi pengemudi pribadi, tapi juga bagi seluruh masyarakat pengguna jalan.

Baca Juga  Jadwal Salat Jatim, Jumat 25 Oktober
*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *