MAKLUMAT – Siapa sangka limbah daun nanas bisa menjelma jadi filter nikotin? Empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) membuktikannya. Lewat inovasi Chitopine, biofilter rokok berbahan dasar daun nanas, mereka sukses menyabet medali emas di ajang International Science Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2025 di Bali.
Adalah Hana Rahmawati dan Mira Shofiah dari Prodi Farmasi, serta Muhammad Daffa Qory Maulana dan Muhammad Thoriq Azwar dari Fakultas Kedokteran yang mengembangkan Chitopine. Filter ini diklaim mampu menyaring nikotin dan logam berat dari asap rokok—khususnya timbal, zat berbahaya yang bisa memicu penyakit jantung dan stroke.
“Filter biasa hanya menyaring sebagian kecil. Nah, filter nikotin dari daun nanas ini bisa menurunkan kadar nikotin hingga 26 persen dan timbal sampai 47 persen,” terang Daffa dikutip dari laman UMS, Rabu (25/6/2025).
Berbeda dengan filter rokok pada umumnya, Chitopine dirancang dalam bentuk spons kecil yang dimasukkan ke dalam cerutu kayu khusus. Cerutu ini terdiri dari dua silinder yang bisa dilepas-pasang layaknya tutup botol air mineral. Di bagian tengahnya, filter nikotin dari daun nanas dipasang dengan presisi.
Ada tiga bahan utama yang digunakan: daun nanas, beta-kitosan dari tulang cumi-cumi, dan arang. Daun nanas dipilih karena mengandung selulosa asetat tinggi yang bisa menyaring tar. Beta-kitosan berfungsi mengikat logam berat, sedangkan arang menyerap nikotin.
“Daun nanas biasanya cuma dibuang. Kami beli dari petani nanas, lalu kami olah jadi bahan filter,” jelas Hana.
Proses pembuatannya pun cukup rumit. Daun nanas dicacah, direndam hipoklorit, dipanaskan, lalu dinetralkan dan dikeringkan. Setelah itu, dicampur dengan beta-kitosan dan dicetak jadi spons kecil. Bagian tengah filter kemudian diisi dengan arang.
Uji Laboratorium
Meski hasil uji laboratorium menjanjikan, tantangan belum usai. Tim harus memastikan pengalaman merokok tetap sama meski menggunakan filter. “Kalau rasanya beda, perokok bisa malas pakai. Jadi, kami bikin sedemikian rupa agar rasanya tetap seperti rokok biasa, tapi efeknya berkurang,” kata Daffa.
Ide brilian ini sempat hendak dibawa ke Jepang. Namun, karena biaya besar dan proses visa yang rumit, mereka mengalihkan tujuan ke Bali. Di ISTEC 2025, mereka menjadi satu dari 125 finalis yang lolos ke babak grand final.
Presentasi mereka di hadapan juri dari BRIN dan peneliti Malaysia mendapat atensi khusus. Salah satu masukan dari juri adalah agar uji coba diperluas ke berbagai jenis rokok di pasaran.
“Filter ini bisa jadi solusi buat pecandu rokok yang ingin berhenti pelan-pelan. Kami ingin filter ini masuk ke dunia medis, bukan justru bikin orang makin nyaman merokok,” ujar Thoriq.
Hari Ahad, 11 Mei 2025, menjadi momen tak terlupakan. Filter nikotin dari daun nanas ciptaan mahasiswa UMS itu resmi dinobatkan sebagai juara pertama dan meraih medali emas untuk kategori technical engineering.
Bukan hanya kemenangan di atas panggung, tapi juga tonggak awal untuk membawa inovasi mereka ke ranah industri kesehatan. Target selanjutnya? Ikut kompetisi internasional dan mengembangkan filter agar siap diproduksi massal.
“Kami terus kembangkan. Semoga bisa jadi bagian dari terapi berhenti merokok,” harap Hana.
Filter nikotin dari daun nanas, dari Solo untuk dunia.***