23 C
Malang
Sabtu, November 23, 2024
KilasKetua LHKP PWM Jatim Puji Ketangguhan Kader Muhammadiyah di Madura

Ketua LHKP PWM Jatim Puji Ketangguhan Kader Muhammadiyah di Madura

Ketua LHKP PWM Jatim Muhammad Mirdasy.

SEMANGAT dan kesungguhan warga, kader, dan pimpinan Muhammadiyah untuk mengembangkan serta memajukan persyarikatan di Pulau Madura mendapatkan apresiasi dari Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LHKP PWM) Jawa Timur Muhammad Mirdasy.

Mirdasy mengaku bahagia atas perjuangan dan dakwah Muhammadiyah di Madura, termasuk dalam kaitannya dengan konteks politik. Menurut dia, ber-Muhammadiyah di Madura itu memiliki banyak tantangan, sehingga dibutuhkan setidaknya tujuh kali bertaruh nyawa.

”Jadi ibaratnya, ber-Muhammadiyah di Madura itu harus setidaknya punya nyawa tujuh, untuk bertaruh nyawa. Kalau dibacok sekali, dua kali, tiga kali itu tidak terasa. Dibacok empat kali, lima kali itu juga masih ayo saja, disuruh coba terus. Yang keenam kalinya itu pun juga masih ayo saja, masih bisa satu kali lagi,” selorohnya diiringi tawa dan tepuk tangan para peserta Regional Meeting VI LHKP PWM Jatim, Sabtu (16/9/2023) di Aula PKP-RI Bangkalan, Madura.

“Itu artinya adalah bahwa bermuhammadiyah di Madura adalah betul-betul bersungguh-sungguh dalam bergerak dan berdakwah. Tingkat kesungguhan, tingkat pengujian, dan aneka rupanya, dalam sisi semangat ini sangat teruji, sangat hebat,” imbuh Mirdasy.

Mantan Ketua DPW Partai Perindo itu berharap dengan modal ketangguhan, kesabaran dan segala bentuk ujian itulah, kemudian peradaban Muhammadiyah di Pulau Madura akan semakin berkembang dan maju. “Dari sini lah Insya Allah kita juga mulai bahwa peradaban Muhammadiyah akan menjadi lebih maju,” ujar dia.

Lebih lanjut, Mirdasy juga menegaskan, agar warga, kader-kader, maupun pimpinan Muhammadiyah untuk senantiasa memupuk toleransi antar sesama, terlebih bagi saudara-saudara muslim. Dia mengkritik orang-orang Muhammadiyah yang dengan mudahnya menghakimi warga Muhammadiyah yang lainnya.

“Kadang di Muhammadiyah itu, ada orang Muhammadiyah ikut tahlilan dicoret dianggap bukan Muhammadiyah. Ada orang Muhammadiyah lalu subuhnya baca qunut, dicoret. Orang sudah Muhammadiyah salatnya masih pakai usholli, juga dicoret. Saya katakan jangan seperti itu, selama itu masih pada hal-hal yang bersifat khilafiyah dan dia masih mau berkorban berkontribusi, memberi sumbangsih untuk Muhammadiyah, silakan saja, justru alhamdulillahirabbil ‘alamiin,” tandasnya.

Mirdasy berharap, LHKP sebagai Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) Muhammadiyah yang membidangi persoalan politik dan kebijakan publik, perlu menjadi motor penggerak dalam merangkul semua kalangan untuk dakwah Muhammadiyah. Sebab dalam politik, tentu harus mampu merangkul kelompok-kelompok lain, tidak mudah baper (terbawa perasaan), dan tentu saja menjunjung toleransi atas keberagaman Indonesia. “Saya berharap LHKP mampu menjadi penggerak, menjadi motor untuk ini,” pesannya. (*)

Reporter: Ubay

Editor: Aan Hariyanto

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer