Usai Lima Hari Saling Serang di Perbatasan, Thailand dan Kamboja Sepakat Gencatan Senjata

Usai Lima Hari Saling Serang di Perbatasan, Thailand dan Kamboja Sepakat Gencatan Senjata

MAKLUMAT — Setelah lima hari pertempuran sengit yang menewaskan sedikitnya 38 orang dan menyebabkan lebih dari 300.000 warga mengungsi, Thailand dan Kamboja akhirnya sepakat untuk melaksanakan gencatan senjata segera dan tanpa syarat mulai Senin (28/7/2025) tengah malam.

Kesepakatan ini diumumkan setelah pertemuan intensif antara para pemimpin kedua negara di kediaman Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim, di Putrajaya. Pertemuan tersebut juga merupakan hasil dari serangkaian upaya diplomatik oleh Malaysia sebagai Ketua ASEAN, serta dorongan dari Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Alhamdulillah, dua negara sahabat ASEAN, Thailand dan Kemboja bersetuju menamatkan persengketaan melalui gencatan senjata mulai tengah malam ini,” ujar PM Anwar Ibrahim melalui akun instagram pribadinya, Senin (28/7/2025).

PM Anwar Ibrahim menyebut kesepakatan gencatan senjata Thailand dan Kamboja menjadi bukti nyata kekuatan diplomasi ASEAN, yang mana saat ini dipimpin oleh Malaysia.

“Inilah bukti nyata kekuatan diplomasi ASEAN yang berpaksikan muafakat, rundingan dan prinsip kemanusiaan. Malaysia bukan sekadar memimpin, tetapi turut memainkan peranan penting sebagai pemudah cara, tuan rumah dan saksi kepada kejayaan persefahaman bersejarah ini,” katanya.

“Saya merakamkan penghargaan kepada rakan-rakan serantau dan kuasa-kuasa besar yang turut menyokong usaha damai ini. ASEAN kekal bersatu dan berprinsip. Sama-sama kita doakan rantau ini kekal aman, stabil dan makmur demi masa depan bersama,” imbuh PM Anwar Ibrahim.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Anwar Ibrahim (@anwaribrahim_my)

Langkah gencatan senjata itu sekaligus menjadi upaya terkoordinasi pertama dalam meredakan konflik perbatasan paling mematikan antara Thailand dan Kamboja selama lebih dari satu dekade terakhir.

Baca Juga  Menemukan Makna Guru di Tanah Orang

Bentrokan yang terjadi sejak 24 Juli 2025 lalu tersebut telah melibatkan artileri berat. Kamboja meluncurkan roket dan artileri, sebaliknya militer Thailand melancarkan serangan udara menggunakan jet tempur F-16.

Konfrontasi militer kedua negara tersebut menyebabkan kerusakan di wilayah perbatasan sepanjang sekitar 800 km.

Respons Positif Kedua Negara

Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayacha, menyambut baik gencatan senjata yang berhasil tercapai. Ia juga mengapresiasi peran Presiden AS Donald Trump dalam upaya perdamaian tersebut.

“Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepadanya atas apa yang kami terima darinya dan membantu negara kami melewati krisis ini,” ujarnya, seperti dikutip Reuters.

“Setelah hari ini, situasi akan mereda,” sambung Wechayacha.

Senada, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, juga menilai langkah mediasi internasional sebagai kunci perdamaian. Ia menilai peran sejumlah pihak, termasuk Tiongkok, yang disebutnya sangat berarti dalam mendorong tercapainya gencatan sencata kedua negara.

“Mediasi yang tegas” dan “partisipasi konstruktif Tiongkok” menjadi penentu jalannya kesepakatan. Dalam unggahan media sosialnya, Hun Manet mengatakan telah kembali ke Kamboja “dengan hasil yang gemilang.”

Ketegangan Lama yang Meledak

Perselisihan wilayah antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama beberapa dekade. Krisis terbaru dipicu oleh insiden penembakan yang menewaskan seorang tentara Kamboja di akhir Mei 2025 lalu, diikuti oleh pemasangan ranjau darat dan tuduhan saling serang yang berujung pada krisis diplomatik besar.

Baca Juga  Politisi PAN Jatim Raih Gelar Doktor, Paparkan Strategi Pengembangan Parpol

Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir utusan Kamboja, sementara masing-masing pihak saling menuduh melakukan serangan terhadap sasaran sipil termasuk sekolah dan rumah sakit.

Kamboja secara tegas membantah tuduhan tersebut dan menuding Thailand melakukan “agresi militer yang tidak beralasan dan terencana.”

Di lapangan, pertempuran telah memporak-porandakan komunitas perbatasan. Di provinsi Sisaket, Thailand, rumah-rumah hancur terkena hujan roket dan artileri dari Kamboja. Jalan-jalan lengang, toko-toko tutup, dan hanya kendaraan militer yang melintas.

Di pusat evakuasi sekitar 40 km dari garis depan, ratusan warga berbaris tenang untuk menerima makanan, sementara anak-anak mencoba bermain di tengah ketidakpastian.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam pernyataannya mengatakan bahwa AS dan Trump “mengharapkan semua pihak untuk sepenuhnya menghormati komitmen mereka untuk mengakhiri konflik ini.”

*) Penulis: Ubay NA

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *