Peran Tauhid sebagai Fondasi Islam Berkemajuan

Peran Tauhid sebagai Fondasi Islam Berkemajuan

MAKLUMAT — Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Hidayatulloh MSi, menekankan pentingnya tauhid sebagai fondasi Islam. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam Baitul Arqom Dosen Umsida di Arayanna Hotel, Trawas, Mojokerto, pada Sabtu (2/8/2025).

Memaparkan materi bertajuk ‘Hakikat Islam: Peran Tauhid dalam Kehidupan’, Hidayatulloh menerangkan fondasi ajaran Islam dari perspektif etimologis hingga doktrinal Muhammadiyah.

Secara bahasa, ia menjelaskan bahwa kata ‘Islam’ berasal dari bahasa Arab ‘aslama–yuslimu–islaaman’, yang berarti tunduk, patuh, berserah diri, dan selamat.

“Orang yang beragama Islam adalah orang yang pasrah dan tunduk pada ajaran Islam,” ujarnya.

Menurut Hidayatulloh, seorang Muslim sejati adalah pribadi yang tak hanya menyelamatkan diri, tetapi juga menyelamatkan orang lain dari keburukan lisan dan perbuatan.

Dalam forum yang diikuti oleh dosen-dosen dari Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), dan beberapa dosen lintas fakultas Umsida itu, ia mengaitkannya dengan profesi tenaga kesehatan yang tak hanya berorientasi pada keselamatan pribadi, tapi juga bertanggung jawab menyelamatkan nyawa orang lain.

Tauhid sebagai Poros Kehidupan

Menurut Hidayatulloh, Islam hadir sebagai rahmat semesta alam sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Anbiya ayat 107. Ia menegaskan bahwa ajaran Islam adalah untuk mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan yang nyata.

“Hadits dan ayat ini menjadi dasar penerapan tauhid dalam kehidupan ini. Islam adalah ajaran untuk mewujudkan kebaikan yang nyata bukan yang gaib. Islam diturunkan untuk menghidupkan semuanya,” sebutnya.

Baca Juga  Ma'mun Murod Ungkap Problem Politik Muhammadiyah

Tak hanya itu, merujuk Surat An-Nahl ayat 97, Hidayatulloh menegaskan bahwa amal saleh yang dilandasi keimanan akan membuahkan kehidupan terbaik, baik di dunia maupun akhirat.

“Seorang dokter yang menjalankan profesinya berdasarkan keimanan kepada Allah, maka ia terjamin pahala yang lebih besar dari yang dilakukan,” jelasnya.

Pandangan Muhammadiyah

Lebih lanjut, pria yang juga menjabat Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu menjabarkan pandangan Muhammadiyah tentang Islam yang termaktub di dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), terutama di poin 2, 3, dan 4.

Pada poin kedua, kata dia, Islam dipahami sebagai ajaran Allah sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Saw.

“Tentu ajaran yang diturunkan itu sempurna untuk zamannya. Namun, ketika masuk nabi yang terakhir, Al Quran itu kitab yang sudah sempurna dan menyempurnakan,” jelasnya.

Ia mengutip Surat Al-Maidah ayat 3 sebagai penegasan bahwa Al-Quran merupakan penutup dan penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Pada poin ketiga MKCHM, Hidayatulloh menyoroti bahwa pengamalan Islam oleh Muhammadiyah didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah. Ketika menghadapi ayat-ayat global, Muhammadiyah menggunakan pendekatan rasional melalui ijtihad dan tajdid.

“Di situlah Muhammadiyah memanfaatkan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam hingga muncullah ijtihad dan tajdid yang bersumber dari Al Quran, sunnah, dan hadist nabi,” ungkapnya.

Dalam konteks ini, berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, ekonomi, dan sosial digunakan untuk memahami ayat-ayat secara kontekstual dan aplikatif.

Baca Juga  Mengenal Mukayat Al Amin, Aktivis Muhammadiyah Jatim yang Kini Sandang Gelar Doktor Ilmu Sosial

Kemudian, pada poin keempat MKCHM, Hidayatulloh menegaskan bahwa Muhammadiyah bekerja untuk mewujudkan Islam dalam aspek akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah.

“Mengurus kampus dan pasien merupakan masalah muamalah duniawiyah. Tapi hal ini tidak bisa terlepas dari masalah aqidah, akhlak, dan ibadah, ada irisan di dalamnya,” tandasnya.

Ia berpesan agar setiap individu mampu memosisikan diri sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

Tauhid sebagai Karakter Islam Berkemajuan

Mengutip Muqaddimah Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah dan MKCHM poin pertama, Hidayatulloh menegaskan bahwa tauhid adalah pusat dari seluruh aspek kehidupan umat Islam.

Muhammadiyah, kata dia, merupakan gerakan dakwah amar makruf nahi munkar yang beraqidah Islam, bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, serta bertujuan membentuk masyarakat Islam sebenar-benarnya.

Ia juga merujuk Risalah Islam Berkemajuan poin pertama yang menegaskan bahwa karakter Islam berkemajuan harus bertumpu pada tauhid.

“Kalau kita ingin memastikan Islam ini berkemajuan, maka harus berlandaskan pada tauhid. Itu akan menjadi dasar bagi kita untuk bisa memproyeksikan apa yang kita lakukan,” tegas Hidayatulloh.

*) Penulis: Romadhona S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *