MAKLUMAT — Lahan marginal tak lagi dianggap sebagai beban, melainkan peluang. Semangat inilah yang diusung oleh tim gabungan dosen dan mahasiswa dari Universitas Syiah Kuala dan Universitas Iskandar Muda dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) di Desa Lambadeuk, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Ahad (3/8/2025).
Mengangkat tema intercropping atau tumpangsari cabai dan nilam, program ini berfokus pada optimalisasi lahan tidak produktif agar menjadi sumber ekonomi baru bagi warga desa. Kombinasi dua komoditas ini dipilih karena dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi dan mampu tumbuh di tanah yang kurang subur.
Program PMM ini melibatkan 22 mahasiswa Universitas Syiah Kuala dan 3 mahasiswa Universitas Iskandar Muda, dengan dukungan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Dipimpin oleh Mujiburrahmad SP MSi, tim pelaksana juga diperkuat oleh Prof Dr Ir Agussabti MSi dan Ir Elviani MP dari Universitas Iskandar Muda.
Kegiatan dibuka dengan serah terima mahasiswa secara resmi kepada pihak desa di Meunasah Lambadeuk. Turut hadir dalam seremoni ini perangkat gampong, dua kelompok mitra tani, dosen pembimbing lapangan, serta seluruh peserta program.
Tak sekadar simbolik, kegiatan berlanjut dengan pelatihan dan sosialisasi bertema ‘Mengenal dan Mengelola Lahan Marginal’ yang disampaikan langsung oleh Prof. Agussabti. Dalam pemaparannya, ia mengurai akar persoalan lahan marginal, seperti degradasi tanah, kurangnya bahan organik, serta kesalahan dalam pola tanam.
Prof Agussabti juga menekankan pentingnya pendekatan pertanian ramah lingkungan dalam upaya pemulihan lahan.
Usai sesi materi, tim langsung turun ke lokasi peninjauan lahan demplot, di mana rencana penanaman tumpangsari cabai dan nilam akan dilaksanakan bersama warga.
Menurut Ketua Tim Pengabdi, Mujiburrahmad, kegiatan ini adalah bagian dari pembangunan masa depan pertanian berkelanjutan yang dimulai dari desa.
“Ini bukan sekadar kegiatan pengabdian, tapi bagian dari membangun masa depan pertanian berkelanjutan yang dimulai dari desa,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan tak hanya berdampak pada sektor pertanian, tetapi juga menumbuhkan inovasi sosial serta mempererat hubungan antara kampus dan masyarakat, serta membangkitkan ekonomi di desa.