MAKLUMAT — Ketika opini ini ditulis, sebagian besar mahasiswa angkatan 2022 UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya telah melakukan ‘ibadah wajib’ perkuliahan, yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN). Seperti umumnya program KKN yang berorientasi pada pengabdian masyarakat, KKN tahun ini memberikan pelajaran bagi para mahasiswa tentang banyak hal. Dan, pelajaran paling penting dari program KKN ini adalah soal bermasyarakat.
Lantas kenapa penulis menyebutkan bahwa bermasyarakat adalah pelajaran yang paling penting? Padahal banyak hal lain yang dipelajari selama program KKN? Jawabannya sederhana, karena bermasyarakat selama program KKN memiliki pemahaman yang lebih kompleks dari pada bermasyarakat pada umumnya.

Menurut Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi (2009), bermasyarakat adalah soal bergaul dan berinteraksi. Bagaimana individu berinteraksi dengan sesama individu atau bagaimana individu berinteraksi dengan kelompok.
Penulis menyederhanakan dua kata bergaul dan berinteraksi dengan kata penyesuaian, yang menjadi pembeda antara bermasyarakat pada umumnya dengan bermasyarakat pada program KKN.
Seperti yang kita ketahui bahwa program KKN ini adalah kegiatan yang digagas oleh sebuah perguruan tinggi. Teknisnya, perguruan tinggi tersebut mengirimkan sekelompok mahasiswa yang dikirim ke suatu tempat untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Letak pembedanya ada di sini, ketika seorang mahasiswa melaksanakan program KKN dan bermasyarakatan di sebuah tempat.
Subjek yang bermasyarakat bukan lagi soal individu mahasiswa itu sendiri. Melainkan kelompok KKN yang didelegasikan perguruan tinggi dengan masyarakat setempat yang ada di tempat program KKN tersebut dilaksanakan. Subjek ini sering disebut dengan nama warga lokal (warlok). Rumitnya di sini, individu mahasiswa tersebut harus melakukan dua tahap penyesuaian. Penyesuaian di kelompok KKN-nya dan penyesuaian terhadap masyarakat setempat.
Sebab, apabila individu mahasiswa tidak bisa melakukan penyesuaian di tahap pertama maka penyesuaian di tahap kedua juga memungkinkan untuk gagal juga. Karena masyarakat setempat cenderung menilai kelompok KKN-nya dan bukan individu mahasiswanya. Apabila kelompok KKN-nya solid dan kompak, maka akan mempermudah dalam proses bermasyarakat dengan masyarakat setempat. Begitu juga dengan sebaliknya, apabila penyesuaian dalam sebuah kelompok masih dibilang belum selesai, maka tahap bermasyarakat selanjutnya juga akan sulit untuk dilaksanakan.
Selama melaksanakan program KKN ini, penulis mengutip pesan dari kepala desa atau yang biasa dipanggil Pak Tinggi -orang Probolinggo dan Pasuruan biasanya menyebut kepala desa dengan nama tersebut, ”Selama KKN ini mahasiswa belajar bagaimana cara bermasyarakat dengan cara yang berbeda. Memang selama hidupnya, mereka sudah pernah bermasyarakat. Namun, belajar bermasyarakat di tempat bukan masyarakat asalnya adalah hal yang berbeda dan menantang. Dan, itu sudah dipelajari oleh seluruh mahasiswa KKN ini.”
Pesan tersebut memberikan tanda, bahwa penilaian masyarakat setempat soal dampak yang diberikan selama program KKN ini menyasar kepada kelompok KKN keseluruhan bukan kepada individu. Memang, selama melaksanakan program KKN ini banyak yang hal baru yang dialami oleh penulis. Dan, yang paling berkesan adalah hal tentang bagaimana bermasyarakat.
Karena banyak tantangan baru seperti bagaimana menyamakan presepsi seluruh anggota kelompok, bagaimana mengatur ego, bagaimana cara memahami satu sama lain, bagaimana mendengar dan didengar oleh sesama anggota kelompok. Dan, hal-hal lain yang dilakukan saat penyesuaian dengan teman-teman kelompok KKN.
Setelah selesai dengan penyesuaian kelompok KKN, penulis juga banyak belajar tentang bagaimana penyesuaian dengan masyarakat setempat. Seperti memahami bahasa, kebiasaan sehari-hari, cara bertahan hidup, cara berpakaian, memahami logat masyarakat setempat dalam berbicara dalam bahasa Indonesia, memahami respon mereka dalam menanggapi isu-isu politik, hingga memahami mereka dalam melaksanakan ritual-ritual keagamaan. Dan, banyak hal lagi yang menambah pengalaman tersendiri bagi penulis.
Kompleksitas yang dialami penulis tentang bermasyarakat selama menjalani program KKN ini adalah hal yang juga sepatutnya dirasakan oleh mahasiswa. Baik yang sudah maupun yang sedang melaksanakan program KKN. Meskipun dalam pelaksanaannya tak luput dengan banyak kekurangan, akan tetapi apabila seorang mahasiswa yang bisa merasakan tahap penyesuaian bermasyarakat dengan khidmat dan sungguh-sungguh, maka akan menimbulkan kesan tersendiri bagi individu tersebut dan masyarakat setempat. Hal ini akan menjadikan KKN sebagai pengalaman yang berharga dalam hidupnya.