KETUA Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengaku prihatin dengan sepinya pasar tradisional dan modern di berbagai daerah di Indonesia. Fenomena tersebut menunjukkan semakin melemahnya daya beli masyarakat.
Pria yang akrab disapa Buya Anwar itu berpendapat, faktor penyebab sepinya pasar tradisional maupun modern tidak selalu karena hadir dan masifnya pasar digital atau e-commerce. Melainkan karena beberapa faktor seperti asas kemudahan, harga barang, hingga tingkat pendapatan masyarakat.
“Banyak pengamat mengatakan hal itu terkait dengan pesatnya perkembangan perdagangan online, tapi rasa-rasanya, tidaklah sepenuhnya benar karena ada faktor-faktor lain yang juga bisa memengaruhi. Termasuk soal daya beli,” kata dia dikutip dari Muhammadiyah.or.id, Jumat (13/10/2023).
Mungkin saja, kata dia, secara nominal pendapatannya tidak berkurang signifikan. Namun karena daya beli uangnya sudah tergerus oleh inflasi, maka mereka tidak lagi bisa berbelanja seperti biasa.
“Atau memang nominal pendapatan mereka sudah berkurang atau tidak lagi ada. Karena kena PHK, atau tidak memiliki pekerjaan,” ungkapnya.
Buya Anwar menilai, faktor-faktor tersebutlah yang justru telah mengubah prioritas daya beli masyarakat dari pemenuhan kebutuhan yang sebelumnya mungkin bersifat pada pemenuhan tersier-sekunder, menjadi kepada yang bersifat primer saja.
“Jika sebelumnya, masyarakat begitu leluasa membeli barang-barang menyangkut kebutuhan primer, sekunder dan tersier, tapi sekarang mereka hanya bisa membeli barang yang bersifat primer dan sekunder saja. Atau mungkin hanya primernya saja,” terang Buya Anwar.
Maka, sambung Buya Anwar, tugas kita sekarang adalah bagaimana menguatkan kembali daya beli agar masyarakat tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan primernya saja. Namun juga bisa memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya. “Untuk itu ada beberapa usaha yang perlu dilakukan,” jelasnya.
Buya Anwar kemudian mengusulkan tujuh hal yang perlu dilakukan dan diakselerasi oleh pemerintah untuk meningkatkan daya beli kembali. Pertama adalah agar pemerintah fokus untuk menyediakan dan memberikan pekerjaan yang layak bagi masyarakat, terutama bagi pengangguran.
“Kedua, menaikkan gaji pegawai negeri dan swasta. Ketiga, meningkatkan penjualan pedagang dengan membatasi masuknya barang impor,” sebut Buya Anwar.
Keempat, lanjut dia, dengan meningkatkan pengetahuan dan skill pengusaha termasuk penguasaan terhadap masalah digital agar mereka bisa menjual barangnya dengan harga yang kompetitif. Kemudian yang kelima adalah seluruh jajaran pemerintahan mulai pusat hingga daerah memborong produk buatan dalam negeri.
“Keenam, menggerakkan masyarakat agar mencintai produk dalam negeri. Dan, ketujuh, mengenakan pajak dan ketentuan-ketentuan yang tinggi dan ketat terhadap barang-barang yang berasal dari impor,” pungkas Buya Anwar.(*)
Editor: Ubay NA