Yuk Intip Thorium, Energi Nuklir Masa Depan Indonesia yang Pernah Diteliti ESDM

Yuk Intip Thorium, Energi Nuklir Masa Depan Indonesia yang Pernah Diteliti ESDM

MAKLUMATThorium mulai naik daun sebagai kandidat sumber energi masa depan Indonesia. Unsur radioaktif alami ini berwujud logam keperakan dan namanya terinspirasi dari Thor, dewa petir mitologi Nordik.

Banyak pakar menilai Thorium lebih unggul dibanding Uranium yang selama ini menjadi bahan bakar utama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Cadangan Thorium di kerak bumi tiga sampai empat kali lebih banyak dibanding Uranium. Satu ton Thorium bahkan bisa menghasilkan energi setara 200 ton Uranium atau 3,5 juta ton batu bara.

Reaktor Thorium, khususnya Molten Salt Reactor (MSR), beroperasi di tekanan normal sehingga risiko ledakan sangat kecil. Jika ada masalah, bahan bakar cair mendingin dan mengeras otomatis.

“Thorium disebut nuklir hijau karena limbah radioaktifnya lebih sedikit dan memiliki waktu paruh lebih pendek,” tegas Kementerian ESDM dalam rilis resmi dikutip pada Selasa (16/9/2025).

Selain itu, produk sampingannya tidak cocok dijadikan senjata nuklir. Efisiensi energi tinggi dan keamanan lebih baik membuat Thorium masuk radar serius banyak negara.

Tantangan Besar

Thorium bukan bahan bakar langsung. Ia hanya bersifat fertile, perlu dipicu neutron dari Uranium atau Plutonium untuk berubah menjadi Uranium-233 yang bisa membelah.

Teknologi PLTN dunia terlanjur berbasis Uranium, sehingga membangun reaktor Thorium butuh riset dan investasi besar. Proses kimia pengolahan ulang Thorium juga rumit dan mahal.

Baca Juga  Naik Tarif, Turun Pendapatan? Fakta Mengejutkan Nasib Mitra Ojol 2025

Potensi Indonesia

Indonesia punya cadangan Thorium yang sangat besar. Data Kementerian ESDM menyebut total potensi nasional mencapai sekitar 140 ribu ton, cukup untuk kebutuhan listrik lebih dari 1.000 tahun.

Lokasi utama tersebar di:

  • Bangka Belitung: cadangan terbesar, sekitar 120 ribu ton, terutama dari mineral ikutan penambangan timah (ESDM, “Paparkan Hasil FGD PLTN, Wamen Arcandra,” 2017).

  • Sumatera: sekitar 126.821 ton.

  • Kalimantan Barat: khususnya di Kabupaten Melawi, total Uranium dan Thorium gabungan 24.112 ton (Atlas Geologi ESDM, dikutip CNBC Indonesia, 10 Juli 2025).

  • Sulawesi Barat: wilayah Mamuju, dengan estimasi sekitar 6.562 ton.

Kementerian Pertahanan juga memakai angka serupa. “Potensi Thorium nasional sekitar 140 ribu ton. Jumlah itu bisa memenuhi kebutuhan energi hingga seribu tahun,” tulis dokumen resmi Balitbang Kemhan (2019).

Situs pemerintah Indonesia.go.id menambahkan, Thorium diproyeksikan menjadi harapan baru dalam transisi energi rendah karbon.

Rencana Pemerintah

Kementerian ESDM bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengkaji PLTN berbasis Thorium. Regulasi turunan dari UU Energi Baru dan Terbarukan (EBET) juga disiapkan untuk mengatur penambangan dan pengelolaan bahan baku nuklir.

Sejumlah publikasi ilmiah ikut memperkuat data lapangan. Penelitian Pusat Sumber Daya Geologi di Bangka Barat, misalnya, menegaskan bahwa mineral monasit sebagai pembawa Thorium sangat melimpah (Neliti, 2015).

Masa Depan Energi

Jika berhasil dikembangkan, Thorium bisa menjadi kunci kemandirian energi Indonesia. Dengan cadangan yang melimpah, risiko keamanan lebih rendah, dan limbah radioaktif lebih sedikit, energi nuklir hijau ini berpeluang besar menggantikan batu bara dan Uranium.

Baca Juga  Ketua Banggar DPR: Membaca APBN 2025 Jangan Sepotong-Sepotong, Ada Tiga Faktor Utama

Indonesia punya modal kuat. Tinggal bagaimana negara mengeksekusi riset, teknologi, dan regulasi agar Thorium benar-benar menyala sebagai energi masa depan Nusantara.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *