Kerja Zaman Now: Gelar Nggak Cukup, Skill yang Bicara

Kerja Zaman Now: Gelar Nggak Cukup, Skill yang Bicara

MAKLUMAT — Perdebatan tentang siapa yang lebih unggul—pekerja generalis atau spesialis—kembali mencuat di tengah dunia kerja modern. Puthut Ardianto, dosen Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sekaligus pakar pengembangan karir mahasiswa, tidak mau terjebak dalam dikotomi. Ia menegaskan keduanya harus berjalan seiring, bukan saling dipertentangkan.

“Dulu, perusahaan menekankan gelar akademik. Sekarang, mereka lebih butuh individu dengan beragam keahlian, seorang generalis,” ucap Puthut seperti dilansir laman UMY, Kamis (18/9/2025). Ia menyebut lanskap kerja telah bergeser dari degree oriented ke skill oriented.

Perubahan ini makin terasa setelah pandemi COVID-19. Dunia kerja menuntut pekerja luwes dan adaptif. Meski begitu, Puthut tetap mengakui ada bidang tertentu yang memerlukan spesialisasi mendalam, misalnya teknik dan kedokteran.

Data tracer study, lanjutnya, menunjukkan kesesuaian antara ilmu kuliah dengan bidang kerja tidak lagi seratus persen. Banyak lulusan harus masuk ke bidang berbeda. “Mahasiswa harus siap terjun di luar bidang yang mereka tekuni,” tegasnya.

Karena itu, Puthut menawarkan solusi: integrasi. Individu sebaiknya punya satu bidang utama sebagai fondasi spesialis, lalu melengkapinya dengan keterampilan pendukung. “Idealnya, kita tidak hanya jago satu bidang. Kita juga harus punya skill lain yang membuat adaptif,” katanya.

Pandangan itu sejalan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Program tersebut membuka kesempatan mahasiswa belajar lintas disiplin. UMY, terang Puthut, juga ikut menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri dengan mendorong mahasiswa mengembangkan multi-skill.

Ia memberi contoh dirinya. Seorang dosen Pendidikan Bahasa Inggris, tapi juga menguasai desain grafis. “Yang terpenting adalah punya jiwa adaptif, kreatif, rasa ingin tahu tinggi, dan growth mindset,” ujarnya.

Baca Juga  Mengurai Politik dengan Nurani, Cara dr. Zuhro Menghidupkan Teologi Al-Ma’un

UMY pun berupaya menjembatani kampus dan industri. Mereka rutin menghadirkan pemateri dari perusahaan maupun public speaker. Mahasiswa mendapat bekal komunikasi, etika profesional, hingga wawasan industri.

Di akhir perbincangan, Puthut menekankan kunci untuk menonjol di dunia kerja ada pada self-value. “Di era dengan gempuran teknologi AI, mahasiswa harus adaptif, kreatif, tangguh, dan punya ciri khas yang membedakan dirinya,” pungkasnya.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *