Hari Perdamaian Internasional: Ribuan Mahasiswa UMSurabaya Melukis Pesan Damai

Hari Perdamaian Internasional: Ribuan Mahasiswa UMSurabaya Melukis Pesan Damai

MAKLUMAT – Hari Perdamaian Internasional yang jatuh setiap 21 September menarik minat Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya). Di tengah konflik bersenjata di penjuru dunia, ada cara berbeda untuk menyuarakan harapan: melukis pesan damai di kanvas yang mereka sebut The Wall of Peace.

Alih-alih turun ke jalan dengan slogan perlawanan, sedikitnya 2.000 mahasiswa baru mamnfaatkan kuas dan warna sebagai simbol sikap. Mereka membagi diri dalam 39 kelompok, lalu mengangkat isu-isu konflik dunia untuk divisualisasikan, Mingu (21/9/2025).

Dari tragedi Palestina–Israel, Ukraina–Rusia, konflik Asia Selatan, hingga perebutan kuil antara Thailand dan Kamboja, setiap gambar menjadi penanda bahwa generasi muda tidak menutup mata pada derita global.

“The Wall of Peace adalah simbol bahwa ribuan mahasiswa baru memilih merawat kehidupan dengan perdamaian, di tengah konflik yang masih terjadi di berbagai belahan dunia,” kata M. Febriyanto Firman Wijaya, Steering Committee MOX UMSurabaya.

Goresan Warna Kedamaian

Riyan, sapaannya, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan seremonial, melainkan bentuk pendidikan karakter. Momentum Hari Perdamaian Internasional menjadi pijakan agar mahasiswa sejak awal menyadari bahwa ilmu yang mereka pelajari kelak akan abadi untuk kemanusiaan.

Dalam praktiknya, tiap kelompok mahasiswa mendapat tema konflik spesifik. Mereka lalu diberi kebebasan untuk mengekspresikan gagasan perdamaian. Kelompok 34, misalnya, memilih konflik Thailand–Kamboja.

Dengan latar hitam, mereka melukis kuil yang menjadi objek sengketa dua negara lengkap dengan bendera, lalu menambahkan pesan damai.

Baca Juga  Anomali Organisasi dalam Geliat Kekuasaan

“Kami ingin menunjukkan bahwa konflik ini nyata di Asia Tenggara. Tapi sekaligus mengingatkan bahwa pesan perdamaian juga harus kita rawat di Indonesia,” ujar Nur Elza Tripsetyani, perwakilan kelompok tersebut.

Mural dan Pesan Moral

Bagi UMSurabaya, melukis mural perdamaian adalah pernyataan politik kultural: bahwa kampus tak sekadar ruang akademik, melainkan juga ruang publik yang menolak kekerasan.

Seni dijadikan medium ekspresi, mengikat ribuan mahasiswa baru dalam komitmen yang sama—menyuarakan perdamaian.

“Ketika dunia masih bising oleh peperangan, mahasiswa UMSurabaya memilih menggaungkan damai melalui kanvas. Inilah bukti bahwa generasi muda punya keberanian untuk tidak tunduk pada narasi kekerasan,” tutup Febriyanto.

The Wall of Peace kini berdiri sebagai saksi bahwa peringatan Hari Perdamaian Internasional di UMSurabaya. Ini bukan soal ritual tahunan. Pesannya tegas, menjadi sebuah praktik budaya yang berusaha menjadikan perdamaian sebagai pilihan hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *