MAKLUMAT – Menjelang Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 27–29 September 2025 di Jakarta, dinamika perebutan kursi ketua umum makin mengerucut. Dua nama besar mencuat, yakni Plt Ketua Umum PPP sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono dan Agus Suparmanto, mantan Menteri Perdagangan RI (2019–2020).
Hingga kini mayoritas DPW dan DPC PPP di seluruh Indonesia sudah menyatakan dukungan ke Mardiono. Deklarasi terbuka bahkan digelar di Hotel Sheraton, Jakarta, pada 18 September 2025. Para kader menegaskan tradisi partai sejak berdiri tahun 1973, PPP tidak pernah dipimpin tokoh dari luar.
Sebaliknya, Agus Suparmanto menghadapi jalan berat. Meski beberapa DPW, termasuk Jawa Barat sudah mendukungnya, namun statusnya sebagai politisi asal PKB menjadi sorotan.
“PPP punya tradisi kuat dipimpin kader internal. Jika dipimpin orang luar, nilai perjuangan partai bisa luntur,” tegas pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, Senin (22/9).
Efriza juga menyoroti rekam jejak Agus yang tersandera kasus fulus. Kasus impor pakaian bekas, gula, hingga bawang putih yang membekas di ingatan publik dinilai mengurangi reputasinya. Saat menjabat Mendag, Agus juga dikritik karena lambatnya penerbitan izin impor bawang putih dan gula yang memicu lonjakan harga, serta kebijakan ekspor masker di awal pandemi.
Meski demikian, Agus tidak sepi dukungan. DPW PPP Jawa Barat menilai Agus mampu membawa partai kembali lolos ke Senayan. Plt Ketua DPW PPP Jabar, Pepep Saepul Hidayat, menyebut Agus sebagai figur yang berpengalaman, punya jaringan luas, serta dianggap bisa memperkuat elektabilitas partai.
“Dengan kepemimpinan Pak Agus, kami optimis PPP bisa bangkit dan kembali ke DPR pada 2029,” kata Pepep.
Persaingan Mardiono–Agus tak hanya soal elektabilitas, tapi juga identitas. Mardiono hadir sebagai simbol kader internal dengan legitimasi struktural, sementara Agus tampil dengan narasi pembaruan dan jaringan eksternal.
Di tubuh PPP, persoalan “kader murni” versus “calon eksternal” bukan sekadar formalitas. Ia menyentuh akar sejarah, loyalitas, dan legitimasi partai Islam tradisional yang sejak dulu berdiri di atas basis kader internal.
Jika Mardiono terpilih, arah PPP cenderung stabil, melanjutkan tradisi internal, dan memperkuat basis struktural partai. Jika Agus menang, ia harus membuktikan bisa menjembatani modernisasi partai dengan tradisi kaderisasi, sekaligus meyakinkan publik bahwa kontroversi masa lalu tidak lagi jadi hambatan.***