Hari Jadi Provinsi Jatim ke-80, Mahfud MD Sindir Ruang Digital: Media Sosial Kita Sudah Nir-Akhlak

Hari Jadi Provinsi Jatim ke-80, Mahfud MD Sindir Ruang Digital: Media Sosial Kita Sudah Nir-Akhlak

MAKLUMAT – Peringatan Hari Jadi Provinsi Jatim ke-80 menghadirkan tokoh nasional Prof. Mahfud MD. Saat orasi ilmiah di Ruang Paripurna DPRD Jatim Mahfud, salah satunya, menyoroti perubahan moral masyarakat di era digital.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) itu menilai, saat ini ruang publik di media sosial sudah jauh dari nilai-nilai kesopanan dan etika bangsa. Ia menyebut budaya bermedia sosial masyarakat Indonesia telah “nir-akhlak” karena dipenuhi ujaran kebencian dan saling serang.

“Sekarang ini budaya media sosial kita sudah nir-akhlak. Padahal yang kita butuhkan bukan adu marah, tapi saling menghormati,” tegas Mahfud di hadapan anggota dewan dan pejabat Pemprov Jatim.

Mahfud mengingatkan bahwa Hari Jadi Provinsi Jawa Timur bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum refleksi bagi masyarakat untuk menumbuhkan kembali semangat kejujuran, gotong royong, dan kebersamaan yang mulai pudar akibat arus digitalisasi tanpa kendali.

“Ulang tahun itu hakikatnya adalah kontemplasi dan refleksi. Bagaimana kita tumbuh bersama Indonesia dan mempertahankan negeri ini dengan tangguh dari sisi Jawa Timur,” ujarnya.

Dalam orasinya, Mahfud juga menyinggung perjalanan sejarah Jawa Timur sebagai daerah yang memiliki peran besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Ia menyebut peristiwa 10 November sebagai bukti nyata ketangguhan rakyat Jatim dalam memperjuangkan kedaulatan bangsa.

“Ketika pemerintah pusat terdesak, rakyat Jawa Timur bangkit dan melakukan perlawanan dalam apa yang disebut jihad fi sabilillah. Dari sinilah lahir peristiwa 10 November yang mengguncang dunia,” jelasnya.

Baca Juga  Wakil Ketua DPRD Jatim Gelar Sarasehan Meningkatkan Pendapatan Daerah Melalui Pengembangan Potensi Lokal

Lebih lanjut, Mahfud menggambarkan Jawa Timur sebagai miniatur Indonesia yang kaya akan keberagaman suku, agama, dan budaya. Menurutnya, semangat persaudaraan dan gotong royong adalah modal sosial yang harus terus dijaga.

“Jawa Timur ini lengkap, ada berbagai suku dan agama. Karena itu, mari kita jaga ke-Indonesiaan kita ini,” serunya.

Dalam konteks politik dan pemerintahan, Mahfud mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dalam polarisasi dan sikap saling menyalahkan antarpemimpin. Ia menekankan bahwa pembangunan bangsa adalah proses estafet lintas pemerintahan yang harus disyukuri.

“Dari Soekarno sampai Jokowi, semua punya kontribusi. Ini yang harus disyukuri, jangan marah-marah melulu,” tuturnya.

Mahfud juga menegaskan bahwa kekuatan moral Jawa Timur bersumber dari nilai-nilai pesantren: kejujuran, kesederhanaan, dan anti-tamak. Ia bahkan mengutip falsafah masyarakat Madura yang menegaskan pentingnya kejujuran dalam hidup.

“Kalau tidak jujur, hancur. Banyak yang gagal karena tidak jujur. Hari ini selamat, besok bisa jatuh. Itu pelajaran penting dari pesantren,” katanya.

Menutup orasinya, Mahfud mengingatkan kembali tiga prinsip utama demokrasi yang harus dipegang teguh oleh masyarakat Jawa Timur: liberty (kebebasan), equality (persamaan), dan fraternity (persaudaraan).

“Berlaku jujur dan berintegritas, itu ciri khas masyarakat Jawa Timur. Antara yang dikatakan dan dilakukan harus sama. Dari situ lahir demokrasi yang sehat,” pungkas Mahfud.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *