MAKLUMAT – Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Riyan Beltra Delza mengingatkan seluruh kader ikatan agar tetap idealis namun tidak terjebak dalam idealisme buta. Pesan itu ia sampaikan saat berpidato di Tanwir XXXIII IMM di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (29/10/2025).
Sejak awal sambutannya, Riyan menekankan pentingnya keterbukaan dalam perjuangan. Ia mendorong kader IMM untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak tanpa kehilangan prinsip perjuangan yang menjadi ruh gerakan mahasiswa.
“Mari kita isi tanwir dengan gagasan yang konstruktif, punya nilai, dan mampu melahirkan daya juang gerak, yang tentunya tidak hanya sekadar diksi dan narasi, namun dapat memberi manfaat. Tidak hanya untuk IMM, tapi juga untuk semesta,” ujarnya di hadapan ribuan kader IMM dari seluruh Indonesia.
Ia menilai, sikap tertutup dan merasa cukup berjuang dalam lingkaran sendiri hanya akan membuat IMM kehilangan relevansi. Menurutnya, kader IMM harus mampu memaksimalkan potensi intelektual secara adaptif terhadap perubahan zaman. Hal ini dalam rangka melaksanakan tanggung jawab sosial.
Energi Kolektif untuk Negeri
Tema Tanwir kali ini adalah Energi Kolektif untuk Negeri, yang disebut Riyan sejalan dengan semangat kolaborasi lintas sektor. Ia menegaskan, perjuangan tidak bisa dilakukan hanya di lingkup internal organisasi.
Pejuangan itu harus menjangkau seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah. “Jangan menganggap eksekutif dan legislatif itu ladang kebencian. Eksekutif dan legislatif itu adalah mitra kritis dan mitra strategis kita,” katanya.
Riyan juga mengingatkan agar kader IMM tidak membangun tembok mental atas nama idealisme yang buta. Ia mengutip potongan Q.S. Al-Maidah ayat 2, ta’awanu ‘alal birri wat taqwa wa la ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwan, sebagai dasar ajakan untuk bersinergi dalam kebaikan.
“Tolong-menolong dalam kerangka kebaikan dan takwa itu dianjurkan dalam agama kita. Maka jangan sekali-kali membangun mental block atas nama idealisme yang buta itu,” jelasnya.
Ia menambahkan, realitas abad ke-21 menuntut langkah cepat, tepat, dan kolaboratif. Menurutnya, kemampuan intelektual saja tidak cukup untuk bertahan di era yang penuh dinamika ini. “Pintar saja tidak cukup di abad 21 ini. Untuk hidup, kita harus punya relasi yang luas, koneksi yang terintegrasi,” ujarnya.
Riyan juga mengutip Q.S. Ali Imran ayat 103, wa‘tasimu bihablillahi jami‘an wala tafarraqu, yang berarti “Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” Kutipan itu ia kaitkan dengan semangat Tanwir tahun ini yang menekankan pentingnya energi kolektif dalam perjuangan.
“IMM tidak bisa seorang diri. Kita harus bersama-sama. Momen ini ajang reflektif untuk kita di Ikatan ini. Sejauh mana kualitas kita dalam bersilaturahmi. Sejauh mana kualitas kita dalam membangun soliditas dan solidaritas. Sejauh mana kualitas kita dalam berjamaah,” pungkasnya.