MAKLUMAT – Indonesia kini memiliki sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami yang jauh lebih modern dan cepat. Melalui proyek Indonesia Disaster Resilience Initiative Project (IDRIP), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil memangkas waktu peringatan dari sebelumnya 5 menit menjadi maksimal 3 menit, bahkan lebih cepat.

Lompatan teknologi ini ditegaskan Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati dalam Closing Ceremony IDRIP di Gedung BNPB, Kamis (30/10/2025). Dia memastikan sistem baru ini sudah teruji dan jauh lebih akurat.
”Sebelumnya peringatan dini kami berikan dalam waktu 5 menit. Setelah dikerjakan melalui proyek IDRIP, kami sudah dapat memberikan peringatan dini maksimum 3 menit, bahkan beberapa kejadian antara 2 hingga 3 menit,” tutur Dwikorita dalam keterangan tertulis dikutip pada Sabtu (1/11/2025).
Dia menambahkan, tidak hanya lebih cepat, akurasi peringatan kini meningkat signifikan dan jangkauan diseminasinya juga lebih luas.
Ditopang Supercomputer SMONG
Kecanggihan ini ditopang oleh sistem Multi Hazard Early Warning System (MHEWS) yang terintegrasi. Sistem utama MHEWS beroperasi di Kemayoran, Jakarta, dan didukung oleh backup center di Denpasar, Bali.
Jantung dari sistem ini adalah high performance computing atau supercomputer yang diberi nama SMONG (Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling). Komputer super inilah yang bertugas mempercepat analisis data gempa dan tsunami secara real time.
”Ini merupakan suatu hasil yang patut kita banggakan. Supercomputer yang dihasilkan dari proyek IDRIP ini termasuk 500 besar supercomputer yang ada di dunia,” ungkap Dwikorita.
Modernisasi peralatan ini, kata dia, juga diimbangi dengan penguatan kapasitas SDM. BMKG telah menggelar lebih dari 40 pelatihan yang melibatkan lebih dari 1.000 peserta lintas satuan kerja dan mitra di daerah.
Belajar dari Bencana 2018
Di kesempatan yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menjelaskan, proyek IDRIP lahir dari pelajaran pahit bencana beruntun 2018 di NTB, Palu–Donggala, dan Selat Sunda.
Proyek kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Bank Dunia ini fokus untuk memperkuat peralatan, SDM, dan kesiapsiagaan di wilayah berisiko gempa–tsunami.
Suharyanto memastikan rantai hilir peringatan dini kini jauh lebih terstandar dan terlatih. Informasi dari BMKG akan mengalir cepat ke Pusdalops pusat dan daerah, diteruskan ke desa tangguh, lalu mengaktifkan sirine. Warga pun diarahkan mengikuti rute evakuasi yang sudah diperkenalkan dalam latihan.
”Sehingga perilaku berbahaya seperti berbondong ke pantai saat air surut tidak terjadi lagi. Bencananya memang tidak bisa dihentikan, tapi risikonya bisa dikurangi,” tegas Suharyanto.
Proyek IDRIP menempatkan BNPB sebagai executing agency dan BMKG selaku implementing agency. Mekanisme monitoring dan evaluasi proyek ini juga diklaim berjalan akuntabel dan transparan, serta berorientasi pada dampak langsung ke masyarakat.
Dwikorita menutup paparannya dengan seruan kolaboratif untuk memastikan peringatan dini berfungsi menyelamatkan nyawa.
”Mari kita perkuat Early Warning for All dan Early Action by All—agar peringatan dini yang makin cepat dan akurat benar-benar menyelamatkan nyawa,” pungkasnya.***