Puncak Musim Penghujan Mengintai Selama 4 Bulan, Jatim dan Jakarta Masuk Status Siaga

Puncak Musim Penghujan Mengintai Selama 4 Bulan, Jatim dan Jakarta Masuk Status Siaga

MAKLUMAT – Masyarakat Indonesia harus waspada penuh. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim penghujan akan menghantam Indonesia selama empat bulan ke depan, mulai November 2025 hingga Februari 2026.

Ancaman ini bukan main-main. Dalam rilis terbarunya, Senin (3/11/2025), BMKG mendeteksi adanya dua “biang kerok” utama yang secara signifikan memengaruhi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan, periode 4 – 10 November 2025.

Direktorat Meteorologi Publik BMKG merinci, “biang kerok” pertama adalah Siklon Tropis Kalmaegi. Meski posisinya di wilayah utara, siklon ini memberi dampak tidak langsung berupa hujan lebat dan gelombang tinggi.

“Biang kerok” kedua adalah Sirkulasi Siklonik yang konsisten “mangkal” di Samudra Hindia, tepatnya barat daya Lampung. Sirkulasi ini terus memompa potensi pertumbuhan awan hujan masif di sepanjang pesisir barat Sumatera hingga Jawa bagian barat.

Kondisi ini diperparah oleh sejumlah faktor global yang membuat atmosfer tetap labil. BMKG mencatat, Indeks Dipole Mode (DMI) yang negatif dan Southern Oscillation Index (SOI) yang positif secara bersamaan menyuplai uap air melimpah dari Samudra Hindia dan Pasifik.

Akibatnya, sejumlah wilayah masuk kategori Siaga hujan lebat hingga sangat lebat. Untuk periode 4-6 November, wilayah yang harus waspada penuh adalah Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku, dan Papua Pegunungan. Memasuki periode 7-10 November, status siaga hujan lebat berfokus di Jawa Timur, Maluku, dan Papua Pegunungan.

Baca Juga  Estafet Kepemimpinan PP IPM Kembali ke Tangan Kader asal Jatim

Ancaman Baru: Siklon dari Selatan

Peringatan ini bukan hanya untuk sepekan, awal November 2025. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa Indonesia kini memasuki periode genting selama empat bulan ke depan. Hingga akhir Oktober, BMKG mencatat 43,8 persen wilayah Indonesia, atau setara 306 Zona Musim (ZOM), telah resmi memasuki musim hujan.

“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim penghujan,” ujar Dwikorita dalam Konferensi Pers di Jakarta, Sabtu (1/11). Dia memaparkan, hujan kini mulai meluas dari wilayah barat menuju timur Indonesia dan intensitasnya akan terus meningkat.

Secara khusus, Dwikorita memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai ancaman baru: potensi aktifnya siklon tropis dari arah selatan Indonesia.

“Pada November ini, periode siklon tropis di wilayah selatan Indonesia mulai aktif. Siklon tropis yang berkembang di Samudra Hindia dapat memicu peningkatan curah hujan secara drastis dan menyebabkan banjir besar di wilayah pesisir (selatan Jawa hingga Nusa Tenggara),” jelasnya.

Meski demikian, Dwikorita memastikan fenomena La Niña lemah yang terdeteksi di Pasifik tidak akan berdampak signifikan. Ia memprediksi kondisi hujan tetap berada pada kategori normal.

45 Bencana dalam Sepekan

Kewaspadaan ini dinilai sangat mendesak. BMKG mencatat, selama periode 26 Oktober hingga 1 November 2025 saja, telah terjadi 45 kejadian bencana cuaca ekstrem. Bencana yang didominasi hujan lebat dan angin kencang ini telah menyebabkan banjir, tanah longsor, serta kerusakan bangunan di berbagai daerah.

Baca Juga  PAN Pertimbangkan Muhadjir Effendy Jadi Bacawapres Alternatif

BMKG menganalisis, sejumlah wilayah seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan sebagian Kalimantan serta Sulawesi, berpotensi mengalami curah hujan tinggi (di atas 150 milimeter per dasarian).

Sebagai langkah mitigasi, BMKG bersama BNPB dan unsur terkait telah menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Operasi ini berhasil menekan curah hujan untuk mengurangi risiko banjir dan longsor.

Dengan kondisi ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak lengah terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Masyarakat harus proaktif menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan infrastruktur, khususnya saluran drainase, berfungsi dengan baik.

“Masyarakat perlu terus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. Pantau informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca melalui kanal resmi BMKG sebelum beraktivitas,” pungkas Dwikorita.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *