MAKLUMAT — Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan bahwa seorang pemimpin memikul tanggung jawab besar dan peran yang kompleks. Ia menyebut, kepemimpinan menuntut kesiapan untuk terus belajar dan mengasah kemampuan diri agar mampu menunjukkan arah yang jelas.
“Pemimpin itu harus punya fungsi menunjukkan jalan. Dalam hidup, ada banyak persimpangan. Pemimpin harus bisa memberi arah,” ujarnya.
Haedar menyampaikan hal itu dalam pembukaan Sekolah Kepemimpinan Nasional (SKN) 2025. Agenda ini digelar Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah di BBPPMPV Seni dan Budaya, Kabupaten Sleman, pada Selasa (11/11/2025).
Ia menjelaskan, pemimpin tidak hanya bertugas mengarahkan, tetapi juga menimbang mana yang benar dan salah, baik dan buruk, bijak atau tidak. Menurutnya, pemimpin berperan layaknya otak yang mengatur jalannya tubuh organisasi.
“Salah satu peran pemimpin itu adalah menjadi penuntun. Pemimpin ibarat otak, penting sekali. Kalau mau naik kelas jadi pemimpin, orang harus mengasah otaknya. Otak bisa diasah, dan memang harus diasah,” katanya.
Haedar menilai, di tengah lalu lintas kepentingan dan dinamika sosial yang rumit, pemimpin harus mampu mengatur arah tanpa kehilangan integritas. Ia menegaskan, kesungguhan menjadi kunci dalam menjalani proses kepemimpinan.
“Kalau niat hanya setengah-setengah, maka akan sulit. Harus sungguh-sungguh jika ingin menjadi pemimpin,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kepemimpinan tidak lahir seketika, tetapi dibentuk oleh proses panjang. Bahkan ketika seseorang sudah menjadi pemimpin, ujian akan terus datang. Dalam sejarah, banyak pemimpin besar yang pernah tergelincir, termasuk Soekarno dan Soeharto.
“Menjadi pemimpin, mulai dari diri sendiri. Taklukkan dulu diri sendiri, baru bisa jadi pemimpin,” jelasnya.