MAKLUMAT — Sejak pertama kali menginjakkan kaki sebagai murid di SMP Al-Fityan School Gowa, saya mengenal sosok guru bernama Bapak Johan Muhammad. Beliau bertubuh kekar, wajahnya tegas, pembawannya tampak antagonis, utamanya bagi anak-anak seusia kami. Sikapnya yang serba tegas dan lugas itu membuat kami—para murid yang tengah berada di puncak kenakalan—kerap dibuat jengkel dan tidak nyaman. Terutama saya yang pernah merasakan tujuh kali cambukan kemoceng di paha karena ulah kenakalan.

Namun waktu berjalan. Bertahun-tahun kemudian, pola pendidikan yang dulu tampak keras itu justru berubah menjadi kenangan yang paling kami rindukan. Setiap kali reuni tiba, nama Pak Johan selalu hadir dalam obrolan kami. Bukan lagi sebagai sosok yang menakutkan, namun sebagai guru yang mulia.
Kami akhirnya memahami bahwa ketegasannya bukan berasal dari karakter yang buruk lagi otoriter. Sebaliknya, itu wujud cinta yang matang terhadap para muridnya. Di sisi yang sama, ia adalah wujud ekspresi tanggung jawab seorang pendidik terhadap profesinya.
Dari pola didik beliau itulah, saya pertama kali benar-benar mengenal kedalaman firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 11—ayat yang paling sering ia bacakan kepada kami. Dari beliau pula saya mendengar nama pemikir besar seperti Stephen Covey, jauh sebelum saya memahami makna disiplin, karakter dan kepemimpinan. Dan lebih dari itu semua, kala akhirnya sekarang saya bekerja di birokrasi pendidikan, saya memahami, betapa sumir dan bernilainya peran seorang guru. Sebab itulah, di atas segala kesadaran, saya kira, sebagai makhluk pembelajara, kita perlu lebih banyak memuliakan para guru.
Memuliakan guru tentu bukanlah sekadar memberinya penghormatan buta, namun mengenang setiap jejak pendidikannya dalam derap langkah hidup kita.
Dalam diri Pak Johan itulah, tercermin pelajaran bahwa seorang guru mungkin saja tidak selalu tampil dengan wajah senyum dan ramah, ia tidak selalu membelai dan memanjakan. Namun melalui ketegasan dan ketulusannya, ia menanamkan fondasi kehidupan yang kelak menjadi pegangan untuk tumbuh dewasa.
Melalui catatan kecil ini, saya mengucapkan selamat hari guru untuk Pak Johan, dan tentu untuk semua guru di Indonesia.