Asesmen Baca Al-Qur’an Ungkap Fakta Mengejutkan: Baru 41 Persen Warga Jawa Lancar Mengaji

Asesmen Baca Al-Qur’an Ungkap Fakta Mengejutkan: Baru 41 Persen Warga Jawa Lancar Mengaji

MAKLUMATMenteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa Asesmen Tuntas Baca Al-Qur’an (TBQ) menjadi langkah awal untuk memperbaiki literasi keagamaan umat Islam di Indonesia. Asesmen tersebut disebut sebagai prolog menuju pembenahan yang lebih serius dan terukur.

Hal itu disampaikan Menag saat memberikan sambutan dalam Ekspos Publik Hasil Asesmen TBQ yang digelar Kementerian Agama di Ballroom Hotel Sahid Jaya Sudirman, Rabu (17/12/2025).

Menag mengakui, asesmen yang dilakukan saat ini masih terbatas karena baru mengambil sampel dari Pulau Jawa. Namun, hasilnya sudah cukup memberi sinyal kuat bahwa persoalan literasi baca Al-Qur’an perlu mendapat perhatian serius.

“Kalau kita ingin mengukur kondisi Indonesia, tentu sampelnya tidak cukup hanya Pulau Jawa. Apalagi Jawa saja baru sekitar 41 persen yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Ini harus menjadi perhatian bersama,” ujarnya.

Menurut Nasaruddin, temuan tersebut menegaskan urgensi penguatan kemampuan baca Al-Qur’an di tengah masyarakat. Sebab, Al-Qur’an memiliki posisi sentral dalam praktik ibadah umat Islam.

“Dalam Islam, Al-Qur’an itu bukan sekadar kitab, tetapi bacaan. Tidak ada salat tanpa membaca Surah Al-Fatihah. Karena itu, kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar adalah fondasi dasar keberagamaan,” tegasnya.

Menag juga mengingatkan bahwa wahyu pertama Al-Qur’an diturunkan dengan perintah iqra’ atau membaca. Karena itu, pendidikan Al-Qur’an harus menempatkan aspek tilawah sebagai prioritas utama, sesuai dengan kaidah makhraj dan tajwid.

Baca Juga  Sebanyak 13 Pasar Direvitalisasi, Pemkot Surabaya Siapkan Skema Baru Pengelolaan

Dalam kesempatan tersebut, Menag mengapresiasi keterlibatan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta sebagai asesor dalam asesmen TBQ. Menurutnya, PTIQ memiliki tradisi keilmuan yang ketat dalam menjaga kualitas bacaan Al-Qur’an, termasuk melalui sanad keilmuan.

“Tradisi sanad dalam pengajaran Al-Qur’an sangat penting untuk menjaga kualitas dan keberkahan ilmu. Ini yang harus terus kita rawat,” katanya.

Nasaruddin menegaskan, hasil asesmen TBQ tidak dimaksudkan untuk menyalahkan pihak tertentu. Sebaliknya, data tersebut menjadi dasar evaluasi bersama, mulai dari peningkatan kompetensi guru agama hingga penguatan lembaga pendidikan keagamaan.

Usai acara, dalam sesi doorstop dengan awak media, Menag memastikan Kementerian Agama akan melanjutkan asesmen dengan cakupan yang lebih luas dan representatif secara nasional.

“Survei ke depan akan menggunakan sampel Indonesia, bukan hanya Pulau Jawa. Setelah itu, akan kita siapkan langkah-langkah solutif,” jelasnya.

Menag menekankan, peningkatan kemampuan baca Al-Qur’an merupakan tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah daerah.

“Bagaimana agar seluruh warga Muslim Indonesia bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, itu tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.

Ia juga menyoroti peran guru ngaji, khususnya di pedesaan, yang selama ini mengajar dengan penuh keikhlasan. Menurutnya, perhatian dan apresiasi terhadap guru ngaji perlu ditingkatkan.

“Guru ngaji di desa sering mengajar tanpa gaji dan hanya mengandalkan keikhlasan. Ke depan, mereka perlu mendapat apresiasi yang lebih layak,” pungkasnya.

Baca Juga  Kemenag Luncurkan Beasiswa Zakat, Tahap Wawancara Dilakukan Akhir Bulan Ini

Ekspos hasil asesmen tersebut turut dihadiri Staf Khusus Menag Gugun Gumilar, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, Kepala BMBPSDM Muhammad Ali Ramdhani, jajaran asesor PTIQ, serta akademisi dan guru PA.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *