Dr. Winai Dahlan Paparkan Bagaimana Mengembangan Sains Halal dan Tantanganannya

Dr. Winai Dahlan Paparkan Bagaimana Mengembangan Sains Halal dan Tantanganannya

MAKLUMAT — Pendiri The Halal Science Center Chulalongkorn University (HSC-CU), Bangkok, Thailand, Dr. Winai Dahlan, menyoroti pentingnya pengembangan infrastruktur lembaga sains halal untuk memajukan penelitian halal hijau, sekaligus mendorong berkembangan industri dan ekosistem halal.

Hal itu ia sampaikan dalam forum Thailand Halal Assembly 2025 yang digelar di Al Meroz Hotel, Bangkok, Kamis (18/12/2025). Mulanya, ia mengisahkan sejarah berdirinya HSC-CU dan penyelenggaraan konferensii akademik internasional tentang sains, industri, dan bisnis halal (HASIB) setiap tahun, sejak 2008. Sedangkan, Thailand Halal Assembly (THA) telah diselenggarakan sejak tahun 2014.

HSC-CU, kata dia, saat ini dipimpin oleh Dr. Pornpimol Mahamud sebagai Direktur, dan telah memiliki 40 ilmuwan halal dari kalangan para sarjana, master, termasuk tujuh doktor. Selain itu, HSC-CU juga memiliki 10 staff administrasi.

“Kami mengoperasikan empat kantor di empat provinsi di tiga wilayah. Pekerjaan kami telah berkembang dari ilmu analitik ke industri, pertanian, pendidikan, dan penelitian dan pengembangan,” ujar Winai Dahlan.

Dalam kesempatan itu, ia memaparkan bagaimana membangun HSC-CU sebagai infrastruktur pendidikan untuk mengembangkan lembaga ilmu halal pertama di dunia, serta tentang pendekatan yang terlibat. Ia berharap pengalaman tersebut dapat menginspirasi pihak-pihak lain untuk mendirikan unit serupa di dalam lembaga pendidikan lainnya.

“Mendirikan lembaga pertama di dunia sejenis di negara berkembang seperti Thailand—oleh personel yang bukan eksekutif organisasi—sama sekali tidak mudah,” ungkapnya.

Baca Juga  Yussi Perdana Saputera; Anak Muda Kalimantan Sukses Bangun Perusahaan Teknologi Radar

“​Hal ini menjadi lebih menantang ketika pekerjaan tersebut melibatkan ilmu pengetahuan yang terkait dengan agama yang berbeda dari agama utama negara tersebut, dan ketika model seperti itu belum pernah ada di mana pun di dunia,” sambung Winai Dahlan.

Berdasarkan pengalamannya membangun HSC-CU, Winai Dahlan menyebut setidaknya terdapat empat tantangan krusial yang harus dihadapi. Pertama, tidak adanya model global untuk lembaga ilmu halal.

Kedua, terbatasnya jumlah ilmuwan dan teknolog Muslim di Thailand. Ketiga, sifat jangka pendek pendanaan proyek pemerintah.

“Keempat, perlunya melakukan pekerjaan ilmiah secara paralel dengan kolaborasi yang lancar dengan organisasi keagamaan. Semua ini merupakan bagian dari tantangan,” tandasnya.

Meski begitu, Winai Dahlan menandaskan bahwa tantangan-tantangan tersebut merupakan penentu strategis untuk bisa membangun lembaga yang stabil, berkelanjutan, dan diterima secara akademis di universitas.

“Saya mulai dengan membangun infrastruktur akademik inti sebagai fondasi bagi lembaga baru ini untuk terbentuk,” sebutnya.

Winai Dahlan sendiri merupakan salah satu dari 500 tokoh muslim yang dianggap berpengaruh dalam The Muslim 500 selama 17 tahun beruntun, sejak 2010 hingga 2026.

Dalam kesempatan itu, Winai Dahlan juga menjelaskan bagaimana fasilitas, laboratorium, peralatan-peralatan, dan pusat pengujian didirikan, diperluas, serta dimodernisasi dari waktu ke waktu. Menurutnya, evolusi struktur administrasi, unit akademik, tim ahli, dan kemitraan sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan lembaga tersebut.

Baca Juga  Muhammadiyah Thailand Gaet Chulalongkorn University, Bahas Inovasi Halal dan Pendidikan

HSC-CU, kata dia, mulai membangun infrastruktur operasionalnya pada tahun 2004 berdasarkan tiga pilar inti, yakni operasi laboratorium ilmu forensik halal, layanan standarisasi halal untuk industri, serta pendidikan konsumen.

Melalui forum tersebut, Winai Dahlan mendorong berbagai universitas untuk mengembangkan infrastruktur sains halal dan menciptakan ekosistem halal yang berkelanjutan.

Halal bukan hanya berarti tanpa pork atau alkohol, tetapi terintegrasi dalam konsep green halal mencakup tiga aspek multidisiplin yang saling beririsan, yakni prinsip-prinsip halal, sains dan teknologi, serta pengelolaan lingkungan.

Sekadar diketahui, konferensi internasional THA 2025 tersebut diikuti oleh para ilmuwan, akademisi, maupun praktisi halal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Qatar, New Zealand, Jepang, Inggris, Arab Saudi, Filipina, Oman, Turkiye, Australia, hingga Swiss.

*) Penulis: Vritta Amroini Wahyudi / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *