Jejak Aisyiyah dalam Sejarah Hari Ibu, Rukmini Ingatkan Peran Strategis Perempuan

Jejak Aisyiyah dalam Sejarah Hari Ibu, Rukmini Ingatkan Peran Strategis Perempuan

MAKLUMATKetua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim Dra Rukmini Amar mengingatkan makna Hari Ibu tidak bisa dilepaskan dari sejarah gerakan perempuan Indonesia. Ia menyebut peringatan Hari Ibu berakar dari Kongres Perempuan Indonesia I yang berlangsung pada 22–25 Desember 1928. Dari forum itu, gagasan tentang peran strategis perempuan mulai dibahas secara kolektif.

Rukmini menjelaskan, bahwa ada dua tokoh perempuan Aisyiyah tampil menyampaikan pandangan penting dalam kongres tersebut. Keduanya menekankan persatuan dan kemuliaan perempuan sebagai fondasi kehidupan berbangsa. Rukmini menyebut peran itu relevan hingga kini, terutama dalam membangun keluarga dan masyarakat.

“Jadi ada dua tokoh perempuan Aisyiyah yang berbicara pada saat itu. Pertama, Siti Munjiyah, yang tema yang disampaikan tentang derajat perempuan,” ujarnya kepada wartawan Maklumat.id pada Ahad (21/12/2025).

Rukmini memaparkan bahwa Munjiyah mengajak perempuan untuk bersatu dan tidak terpecah. Munjiyah menilai perpecahan melemahkan umat dan bangsa. Dari pandangan itu, Munjiyah merumuskan tiga prinsip agar perempuan tetap mulia, yakni memiliki budi pekerti yang baik, berilmu, dan menjaga perilaku dalam kehidupan sehari-hari, baik kepada Tuhan, keluarga, maupun masyarakat.

Tokoh kedua, kata Rukmini, adalah Siti Hayinah. Hayinah juga menekankan pentingnya persatuan perempuan dan peran aktif mereka dalam menciptakan perdamaian. Gagasan itu kemudian berkembang menjadi bagian dari konsep perempuan berkemajuan yang diusung Aisyiyah.

“Dari sepuluh komitmen itu pada muktamar di Surakarta tiga tahun yang lalu, menjadi agenda penting bahwa perempuan diharapkan menjadi aktor perdamaian, dimulai dari rumah tangganya,” ujarnya.

Baca Juga  Di Hadapan Wamen Fajar, Guru Ini Sampaikan Apresiasi Positif Kebijakan SPMB Jalur Prestasi

Rukmini menambahkan, pesan Hari Ibu juga menyentuh peran ibu dalam proses panjang pendidikan anak sejak dalam kandungan hingga dewasa. Ia menyinggung konsep ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anak. Pendidikan itu, menurut dia, berangkat dari kebiasaan dan nilai yang ditanamkan di rumah, dengan keterlibatan kedua orang tua.

Ia juga memaparkan bagaimana QS. Al-Ahqaf ayat 15 berbicara tentang pentingnya pendidikan anak sejak dini. Anak yang dididik dengan baik, kata Rukmini, akan tumbuh menjadi pribadi yang pandai bersyukur, beramal saleh, dan memperhatikan keturunannya.

Rukmini juga menekankan pentingnya lingkungan pendidikan yang baik. Menurutnya, tanggung jawab itu tidak hanya ibu, tetapi juga ayah, agar anak dapat tumbuh di lingkungan yang mendukung kesalehan dan ketakwaan. Pendidikan dimulai dari kebiasaan sehari-hari yang diajarkan di rumah, sehingga karakter anak terbentuk sejak dini.

“Peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember, bahwa ada inisiator ikut andilnya dari perempuan Aisyiyah, terutama dua tokoh yang mewakili, yaitu Ibu Munjiyah dan Ibu Hayinah, yang terus lantang memperjuangkan bagaimana perempuan itu menjadi mulia,” tandasnya.​

*) Penulis: M Habib Muzaki / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *