ESKALASI ketegangan di Timur Tengah semakin memanas. Dilaporkan terjadi serangan terhadap pangkalan udara Ain Al-Asad di Irak Barat, yang menjadi markas pasukan Amerika Serikat (AS) pada Selasa (6/8/2024) dini hari waktu setempat.
Dilansir Reuters, sedikitnya lima tentara AS mengalami luka-luka akibat serangan roket yang menghantam pangkalan udara tersebut. Sumber keamanan Baghdad mengungkapkan, dua roket yang menghantam pangkalan militer AS itu adalah jenis Katyusha.
Pejabat AS yang enggan disebut namanya, mengatakan bahwa salah satu tentara AS mengalami luka serius. Jumlah lima korban luka tersebut didasarkan pada laporan awal, yang menurut para pejabat AS itu masih bisa berubah.
“Personel pangkalan itu (AS) sedang melakukan penilaian kerusakan pasca serangan,” ujarnya.
Meski begitu, belum ada kelompok maupun pihak tertentu yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan roket tersebut. Kendati AS bersama sekutunya, Israel tengah bersiap menghadapi serangan dari Iran, yang mengancam bakal melancarkan serangan balasan besar-besaran atas insiden tewasnya petinggi Hamas Ismail Haniyeh pada Rabu (31/7/2024) lalu.
Namun, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menuduh serangan terhadap pangkalan militernya di Irak tersebut didalangi oleh sekutu atau proksi Iran di sana, dengan dukungan Iran di belakangnya.
“Llyod Austin dan Yoav Gallant sepakat serangan yang dilakukan oleh milisi sekutu Iran terhadap pasukan AS yang ditempatkan di pangkalan udara Ain al-Asad di Irak barat merupakan peningkatan yang berbahaya dan menunjukkan peran Iran yang mengganggu stabilitas di wilayah tersebut,” tulis pernyataan Pentagon, Selasa (6/8/2024).
Seperti diketahui, insiden terbunuhnya Haniyeh di kediamannya di Tehran, Iran lalu membuat negeri para mullah tersebut murka. Iran menuduh AS turut bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, karena dukungannya terhadap Israel.
Selain itu, pekan lalu AS diketahui juga telah melancarkan serangan di Irak terhadap individu-individu, yang menurut Washington, merupakan militan yang siap meluncurkan serangan drone dan menimbulkan ancaman bagi AS dan pasukan koalisi internasional di negara tersebut.
AS juga mengklaim telah mengamati apakah Iran akan menepati janjinya untuk membalas dendam atas pembunuhan Haniyeh, yang terjadi sehari setelah seorang komandan senior Hizbullah bernama Fuad Shukr tewas dalam serangan Israel di pinggiran Beirut, Lebanon. Hizbullah yang didukung Iran, juga bertekad membalas dendam kepada Tel Aviv.
Pentagon, dalam pernyataannya, mengumumkan pihaknya akan mengerahkan jet-jet tempur dan kapal perang tambahan ke Timur Tengah, seiring upaya AS meningkatkan pertahanan menyusul ancaman dari Iran dan sekutunya, terutama Hamas dan Hizbullah.
Irak, yang merupakan sekutu baik bagi AS maupun Iran, menampung sekitar 2.500 tentara AS dan memiliki milisi yang didukung Tehran terkait pasukan keamanannya. Negara ini telah menyaksikan peningkatan serangan sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas pada Oktober tahun lalu.
Beberapa waktu terakhir, Irak menginginkan pasukan koalisi militer pimpinan AS menarik diri dari wilayahnya mulai September mendatang dan secara resmi mengakhiri kerja sama koalisi pada September 2025. Namun menurut para sumber, sejumlah pasukan AS akan tetap ada di Irak dalam kapasitas penasihat yang akan dinegosiasikan kemudian.
Reporter: Ubay NA