Amir, Bocah Gaza yang Mati Syahid Setelah Mengucap Thank You

Amir, Bocah Gaza yang Mati Syahid Setelah Mengucap Thank You

MAKLUMAT — Bocah kurus bernama Amir pada akhir Mei 2025 lalu, berjalan tanpa alas kaki sejauh 12 kilometer di Gaza Selatan. Ia menembus debu dan reruntuhan perang untuk mendapatkan bantuan makanan dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga yang didukung Israel dan Amerika Serikat.

Anthony Aguilar, mantan perwira Pasukan Khusus Angkatan Darat AS yang bertugas di titik distribusi bantuan, menuturkan pertemuan haru itu. “Amir datang dengan pakaian compang-camping. Saat saya berlutut, dia meletakkan makanannya di tanah, lalu menyentuh pipi saya dengan tangan kotor dan kurusnya. Dia mencium saya dan mengucapkan ‘thank you’,” kata Aguilar dalam podcast UnXeptable.

Beberapa menit kemudian, tentara Israel menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru ke arah kerumunan warga Palestina yang sedang mengantre bantuan. “Amir termasuk salah satu yang tertembak. Ia jatuh ke tanah dalam kepanikan dan tembakan membabi buta,” ujar Aguilar.

Insiden ini bukan satu-satunya. Sejak GHF mulai menyalurkan bantuan pada akhir Mei, lebih dari 1.000 warga Palestina tewas saat mencoba mendapatkan makanan. Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa mengonfirmasi bahwa bantuan pangan yang seharusnya menyelamatkan, ternyata berujung maut.

Yousef al-Ajouri, pengungsi Palestina di Gaza, menyamakan antrean bantuan dengan acara televisi Squid Game. “Orang-orang harus bertaruh nyawa demi makanan. Ini bukan bantuan, ini jebakan,” katanya seperti dilansir laman Middle East Eye.

Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyebut kelaparan massal di Gaza sebagai “buatan dan disengaja”. Menurutnya, sistem distribusi GHF gagal mengatasi krisis dan malah memperparah situasi. “Israel mengendalikan penuh akses bantuan, dari luar hingga ke dalam Gaza. Sistem ini lebih banyak membunuh daripada menyelamatkan,” tegas Lazzarini.

Baca Juga  Deklarasi Sarajevo: Seruan Kemarahan Moral Kolektif Atas Genosida Israel di Gaza

Lebih Buruk Daripada Tahanan ISIS

Aguilar menegaskan bahwa dunia memperlakukan warga Gaza lebih buruk daripada tahanan ISIS di Suriah. “Saya telah menyentuh mereka, mendengar mereka. Mereka manusia, bukan binatang. Tapi kita memperlakukan mereka lebih hina dari musuh perang,” katanya penuh emosi.

Krisis kelaparan di Gaza semakin memburuk. Laporan IPC (Integrated Food Security Phase Classification) menyebut satu dari tiga anak di Kota Gaza menderita malnutrisi akut. Sejak Oktober 2023, hampir 150 warga—anak-anak dan dewasa—meninggal akibat kelaparan.

Sejak 2 Maret, Israel memblokir total distribusi makanan dan bantuan kemanusiaan. Blokade ini menyebabkan banyak warga kelaparan. Bahkan staf kemanusiaan UNRWA dilaporkan pingsan saat bertugas karena kekurangan gizi.

Lebih dari 58.000 warga Palestina telah tewas dalam agresi militer Israel. Sejumlah negara dan organisasi HAM menyebut tragedi ini sebagai genosida.

Di tengah kerusuhan akibat tembakan tentara israel itu, Amir muncul sebagai wajah krisis kelaparan yang tak bisa diabaikan dunia. Bocah itu hanya ingin makan. Tapi peluru menghentikan langkah kecilnya, tepat setelah mengucapkan satu kata lembut: “Thank you.”

*) Penulis: Edi Aufklarung

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *