SULIT atau bahkan tidak bisa melepaskan kehidupan kita saat ini dari politik. Bahkan, urusan mau dimakamkan di mana ketika meninggal pun, ada keputusan politik di dalamnya. Itulah yang diungkapkan politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Shobikin Amin.
Karena itu, sebagai kader Muhammadiyah, dia memilih berdiaspora dan berjuang di jalur politik. Pilihannya jatuh kepada PSI lantaran melihat adanya harapan-harapan baru untuk Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang bebas dari korupsi serta bebas dari intoleransi.
Menurut mantan Wakil Ketua IRM Jawa Timur itu, politik adalah seni untuk meraih, serta mempertahankan pengaruh dan kuasa (power). Politik ibarat layaknya senjata yang ampuh. Politik adalah instrumen utama demokrasi yang sangat mulia untuk menyejahterakan warga bangsa bila diperan-fungsikan dengan baik dan benar. “Sebaliknya, bisa menjadi senjata mematikan bila dipergunakan tidak dengan benar dan jahat,” jelasnya.
Selama bergulat di partai politik, Shobikin mengaku mendapatkan banyak pengalaman empirik, relasi, serta mengetahui berbagai permasalahan untuk diselesaikan secara bijak. ”Adanya tarik-menarik kepentingan, trik dan intrik, menjadikan saya semakin faham dan mengerti karakter banyak orang,” kisahnya.
Shobikin Amin adalah salah satu deklarator atau generasi awal di PSI, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua DPW PSI Jatim. Sekarang dia menjabat sebagai Sekretaris DPW PSI Jatim dan mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif (Caleg) DPRD Kabupaten Sidoarjo di Dapil 6 yang mencakup Kecamatan Waru dan Kecamatan Gedangan.
Mantan Ketua PC IMM Sidoarjo itu menjelaskan, dengan terjun ke politik secara langsung dan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, memberinya peluang untuk bisa berbuat lebih dalam membawa kebaikan dan manfaat bagi kemaslahatan masyarakat.
“Agar saya bisa berbuat lebih banyak lagi secara langsung untuk masyarakat, dengan kewenangan sebagai anggota DPRD jika terpilih, kewenangan itu bisa digunakan untuk kemaslahatan yang lebih luas,” terangnya.
Shobikin melihat, masyarakat hari ini seolah sudah jengah dengan figur-figur lama, yang kurang bisa menyerap dan mewujudkan aspirasi-aspirasi dari rakyat. “Saya melihat masyarakat Sidoarjo butuh figur baru, yang fresh, yang punya ide atau gagasan yang bagus, visioner, untuk dapat mewakili mereka. Mereka butuh perubahan untuk Sidoarjo yang lebih maju dan merata,” tegasnya.
Perubahan yang paling mendesak dan harus diperhatikan itu, bagi Shobikin adalah terkait tata kelola pemerintahan, yakni bagaimana menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih dari korupsi. Menurutnya, hal itu tidak mungkin bisa diwujudkan jika tidak adanya transparansi. Sebaliknya, dengan adanya transparansi akan dapat meningkatkan partisipasi publik dalam proses pembangunan.
“Kedua, perlu adanya inovasi pembangunan ekonomi dan pemerataan pembangunan ekonomi masyarakat. Keberpihakan pada ‘wong cilik’ adalah sebuah keniscayaan di tengah ketimpangan sosial yang kian besar,” imbuh Shobikin.
Tak hanya itu, anggota LHKP PWM Jatim tersebut menandaskan, bahwa membangun ekosistem politik yang rama anak muda sangat penting untuk terus didorong agar kaderisasi dan regenerasi figur politik berjalan, tidak hanya didominasi oleh kalangan tua atau senior.
“Termasuk masalah bagaimana mewujudkan pendidikan yang maju dan terjangkau bagi masyarakat, kepastian hukum yang adil untuk semua dan bukan hukum yang digunakan seolah hanya sebagai alat kekuasaan elit, lalu harus adanya kebijakan daerah yang dapat memastikan keberlangsungan hidup manusia yang beriringan dengan kelestarian lingkungan hidup. Itu semua permasalahan yang harus dihadapi dan tentu menjadi tugas saya nantinya Insya Allah jika terpilih, di mana pun (komisi) ditempatkan,” jelasnya. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Mohammad Ilham